
Harga Melejit, Konsumsi Pertamax Diramal Drop 15%

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) membeberkan adanya penurunan tingkat konsumsi Pertamax di masyarakat sekitar 10-15% saat ini. Ini setelah perusahaan menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Ron 92 atau Pertamax menjadi Rp 12.500 - Rp 13.000 per liter dari yang sebelumnya Rp 9.000 - Rp 9.400 per liter.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading Pertamina, Alfian Nasution tak menampaik bahwa telah terjadi pergeseran pengguna BBM dari Pertamax ke Pertalite, hal itu setelah perusahaan menaikkan produk RON 92 ini.
Alfian mencatat, pergeseran konsumsi dari Pertamax ke Pertalite hingga mencapai 15%.
"Ada sekitar 10-15% pergeseran kenaikan ke Pertalite. Ini tantangan kami untuk mendorong konsumsi Pertamax lagi. Sehingga kami berharap konsumen sadar ke kualitas," kata Alfian kepada CNBC Indonesia dalam acara Energy Corner, Senin (4/4/2022).
Namun demikian, Alfian meyakini bahwa masyarakat Indonesia mulai sadar akan pentingnya penggunaan BBM berkualitas seperti Pertamax. Hal ini tercermin dari BBM premium yang kini tak lagi diminati.
Apalagi, saat ini BBM Premium juga tak lagi dijual untuk masyarakat luas. Hal tersebut menyusul dengan ditetapkannya BBM jenis Pertalite sebagai Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP).
Mantan Direktur Utama PT Pertamina periode 2006-2009 Ari Soemarno sebelumnya menilai, jika harga Pertamax naik, sudah dapat dipastikan akan terjadi migrasi dari pengguna Pertamax ke Pertalite. Hal ini dipicu dari selisih harga jual kedua produk BBM tersebut yang akan semakin besar.
"Tapi memang itu jika dinaikkan (harga Pertamax), orang akan pindah ke Pertalite, meskipun kualitasnya lebih rendah. Pengalaman kita sih ke komoditas yang lebih murah yang paling tertekan malah nanti Pertalite-nya," ungkap Ari dalam diskusi bersama CNBC Indonesia, Selasa (29/3/2022).
Namun di sisi lain, menurutnya Pertamina memang harus segera melakukan penyesuaian harga Pertamax. Hal ini dikarenakan harga minyak mentah dunia saat ini sudah tembus di atas US$ 100 per barel dan telah berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang terseok-seok.
Apalagi, imbuhnya, utang subsidi pemerintah selama empat tahun ke belakang menurutnya tak kunjung dibayar. Oleh sebab itu, kenaikan harga Pertamax di tengah lonjakan harga minyak dunia mesti dilakukan.
"Jadi menurut saya, penyesuaian ini seharusnya dilaksanakan, tapi memang kalau gak dilaksanakan Pertamina harus bayar subsidinya terus, saya kasihan ke Pertamina," ujar Ari.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye-Bye Premium-Pertalite
