Harga Pertamax Naik Pertalite Ditahan Bikin APBN Jebol, Loh!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
01 April 2022 18:25
Suasana pengisian BBM di SPBU Bojongsari, Jawa Barat, Jumat (14/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana pengisian BBM di SPBU Bojongsari, Jawa Barat, Jumat (14/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) resmi menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 92 atau Pertamax menjadi Rp 12.500 - Rp 13.000 per liter mulai 1 April. Pemerintah pun berencana akan mensubsidi penuh Pertalite.

Melonjaknya harga Pertamax dikhawatirkan akan membuat masyarakat beralih menggunakan bensin jenis Pertalite, yang direncanakan akan disubsidi penuh oleh pemerintah. Pada akhirnya dampak beban untuk menanggung subsidi tersebut dari APBN akan bengkak.

Menteri Keuangan Indonesia (Periode 2014-2016), Bambang Brodjonegoro pun menyarankan agar subsidi untuk Pertalite berlangsung secara tertutup atau langsung menyasar kepada penerima manfaat.

"Memungkinkan orang yang bisa pakai Pertamax pindah ke Pertalite. [...] Sehingga betul sekali ada kemungkinan pakaian atau konsumsi Pertalite yang berlebih, ujungnya akan menimbulkan tambahan beban kepada subsidinya," kata Bambang kepada CNBC Indonesia, Jumat (1/4/2022).

Sementara itu, seberapa besar masyarakat yang akan beralih dari Pertamax ke Pertalite juga tidak bisa diprediksi. Melihat juga kebutuhan masyarakat lainnya yang serba mahal saat ini, akan memungkinkan masyarakat secara masif untuk beralih menggunakan Premium.

Oleh karena itu, menurut Bambang subsidi energi yang disalurkan pemerintah, baik itu subsidi LPG, listrik, dan BBM kepada masyarakat lebih baik langsung disalurkan kepada penerima manfaat atau subsidi tertutup, bukan dengan subsidi berdasarkan komoditas.

"Sebenarnya konseptual akan lebih baik dukungan pemerintah terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah itu tidak dilakukan melalui subsidi harga komoditas, termasuk subsidi harga BBM," jelas Bambang.

"Karena misalnya dengan adanya subsidi terhadap Pertalite hari ini, maka semua orang bisa menikmati, karena tidak ada yang membatasi ketika beli di SPBU," kata Bambang melanjutkan.

Lagi pula, toh Indonesia telah memberikan dukungan kepada masyarakat berpenghasilan rendah melalui berbagai macam program bantuan sosial (bansos), seperti program keluarga harapan (PKH) maupun bantuan pangan non tunai (BPNT) yang datanya terus diperbaiki.

"Kalau datanya sudah semakin baik dan tepat sasaran, maka itu akan jauh lebih bermanfaat dibanding kita mensubsidi yang di satu sisi menguntungkan orang yang sebenarnya tidak perlu subsidi dan memberatkan APBN itu sendiri," tuturnya.

Pemerintah, menurut Bambang juga harus melihat secara menyeluruh. Pasalnya kenaikan harga minyak saat ini yang disebabkan perang antara Rusia dan Ukraina, dampaknya bukan hanya kepada kenaikan harga BBM. Namun juga kepada harga LPG dan harga tarif listrik.

"Jadi harus melihatnya kepada LPG yang juga akan terpengaruh dan kepada subsidi listrik. Dimana masih ada 23 gigawatt diesel yang dipakai di seluruh Indonesia," terangnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan Pertalite akan secara resmi menjadi BBM subsidi dalam waktu dekat.

Menurut dia kebijakan itu merupakan bentuk kehadiran pemerintah bagi masyarakat yang kini sudah banyak beralih mengkonsumsi Pertalite ketimbang Premium. Subsidi diperlukan untuk menjamin kesehatan keuangan Pertamina lantaran harga minyak dunia masih tinggi.

"Pemerintah putuskan Pertalite dijadikan subsidi," jelas Erick di sela kuliah umum Universitas Hasanuddin, Rabu (30/3/2022).


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erick Thohir: Bukan tak Mungkin Harga Pertamax Bisa Naik Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular