Jreng! RI-Malaysia Tiba-Tiba Akur Mau Kendalikan Sawit Dunia

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
01 April 2022 16:58
Presiden Joko Widodo Menerima Kunjungan Kerja Perdana Menteri Malaysia, Istana Merdeka,1 April 2022. (Tangkapan Layar Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo Menerima Kunjungan Kerja Perdana Menteri Malaysia, Istana Merdeka,1 April 2022. (Tangkapan Layar Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dan Malaysia sepakat mengendalikan harga minyak sawit dunia. Hal itu terungkap dari pernyataan Perdana Menteri Malaysia Dato' Sri Ismail Sabri Yaakob saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara di Jakarta, Jumat, 1 April 2022.

Founder dan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menilai, kesepakatan tersebut menjadi sinyal bagi arah peran dan kebijakan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Yakni, dewan negara penghasil minyak sawit, Council of Palm Oil Producing Countries.

"Wow..berarti CPOPC mengarah menjadi kartel seperti OPEC dulu. Setiap tahun anggota CPOPC bersidang menetapkan harga CPO dunia, dan mengatur stok dan pasokan CPO ke dunia," kata Tungkot kepada CNBC Indonesia, Jumat (1/4/2022).

Didampingi Presiden Joko Widodo, PM Malaysia, PM Malaysia mengatakan, kedua negara sepakat bahwa harga sawit dunia memang harus ditentukan Indonesia-Malaysia. Sebagai, produsen utama minyak sawit dunia.

"Kami berdua bersetuju harga minyak kelapa sawit patut ditentukan bersama oleh pihak Malaysia dan Indonesia dan tidak bersaing dari segi penetapan harga. Karena Malaysia dan Indonesia merupakan dua negara yang menguasai keseluruhan dari segi ekspor minyak kelapa sawit," kata PM Dato' Sri Ismail Sabri Yaakob dalam tayangan akun Youtube Sekretariat Presiden.

Tungkot mengatakan, jika mengacu pernyataan PM Malaysia tersebut, ke depan, rencana pasokan akan ditentukan dalam sidang CPOPC.

"Bahasa ekonominya kartel. Kartel nggak selalu negatif. Dengan kartel ini, CPOPC akan mengatur dan mengelola stok minyak sawit dunia. Tanpa kartel, harga sawit akan lebih rendah," ujarnya.

Sebab, imbuh dia, tujuan kartel adalah untuk mendongkrak harga jadi lebih tinggi.

Selanjutnya, kata Tungkot, perubahan peran CPOPC itu akan disertai perubahan-perubahan kebijakan di negara anggota, Indonesia dan Malaysia.

"Ini akan mempengaruhi harga internasional. Karena itu, akan berdampak pada perubahan kebijakan di Indonesia, PR-nya banyak. Mulai dari kebijakan tarif pungutan ekspor (PE) dan bea keluar (BK)," katanya.

Tungkot mengatakan, jika CPOPC menjadi seperti OPEC, peran Indonesia sebagai penentu harga sawit dunia semakin besar.

"Karena Indonesia adalah produsen terbesar. Siapa yang menguasai stok dia yang menentukan. Malaysia itu hanya separoh kekuatan," kata Tungkot.

Dia menambahkan, meski Malaysia memiliki bursa CPO sendiri, tidak menjadi jaminan kekuatan menentukan harga di pasar.

"Di Rotterdam juga ada bursa. Kuncinya stok," kata Tungkot.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata! Ini Alasan Malaysia Ajak RI Kendalikan Harga CPO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular