Internasional

Perang Rusia vs Ukraina Makan Korban: Jerman, Taiwan, Arab!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Jumat, 01/04/2022 07:40 WIB
Foto: Pantai bikini Arab Saudi. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina tak hanya menimbulkan masalah bagi kedua negara saja. Tapi juga negara lainnya.

Perang dikhawatirkan membawa dampak ke sektor energi dan pangan. Rusia adalah produsen migas besar sementara Ukraina adalah "lumbung" pangan.


Bukan hanya itu, tindakan agresif Rusia menyerang Ukraina, juga membuat negara lain yang mengalami permasalahan klaim wilayah khawatir. Salah satunya Taiwan.

Dalam rangkuman CNBC Indonesia, setidaknya ada tiga negara yang sudah jadi "jadi korban" perang keduanya. Berikut penjelasannya:

Jerman

Jerman terancam resesi. Ini karena perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun. Serangan Moskow telah membuat negara-negara Barat memberi sanksi dan merembet ke pasokan gas Rusia di Jerman.

"Ketergantungan yang tinggi pada pasokan energi Rusia menimbulkan risiko yang cukup besar dari output ekonomi yang lebih rendah dan bahkan resesi dengan tingkat inflasi yang jauh lebih tinggi," kata Dewan Dewan Ekonomi Jerman, yang memberi nasihat kepada pemerintah di Berlin, dalam sebuah laporan Rabu (30/3/2022), dikutip CNBC International.

"Jerman harus segera melakukan segala kemungkinan untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap penangguhan pasokan energi Rusia dan segera mengakhiri ketergantungannya pada sumber energi Rusia."

Sementara itu, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck juga telah mengeluarkan peringatan dini tentang kemungkinan kekurangan gas alam. Ini setelah Rusia menerapkan pembayaran dengan rubel dan mengancam akan memutus pasokan jika permintaannya tidak dipenuhi.

Habeck pun meminta perusahaan dan konsumen untuk menggunakan gas dengan hemat. Menurutnya, penyimpanan gas Jerman saat ini terisi hingga 25% kapasitas.

"Saat ini tidak ada kekurangan pasokan," kata Habeck, dalam konferensi pers Selasa dikutip CNN International.

"Namun demikian, kita harus mengambil tindakan pencegahan lebih lanjut untuk bersiap menghadapi eskalasi apa pun oleh Rusia."

Taiwan

Taiwan juga menjadi "korban" perang Rusia-Ukraina. Investor asing ramai-ramai meninggalkan negara itu sejak serangan dilakukan Moskow ke Kyiv.

Eksodus ini bukan tanpa alasan. Muncul kekhawatiran yang sama, di mana China dapat meningkatkan kekuatan militer untuk menyerang Taiwan.

"Dalam tiga minggu setelah invasi, investor asing melepas saham senilai sekitar 480 miliar dolar Taiwan (US$16,9 miliar)," kata Direktur di Mega International Investment Services, sebuah perusahaan yang berbasis di Taipei, Alex Huang.

Arus keluar itu adalah yang terbesar dalam catatan melebihi nilai saham Taiwan yang dijual oleh investor asing di seluruh tahun 2021, yang diperkirakan oleh analis Bank of America sebesar US$ 15,6 miliar.

Analis Goldman Sachs juga memproyeksikan bahwa Taiwan telah melihat outflow hingga US$ 15,6 miliar selama sebulan terakhir. Ini melampaui penghitungan tahun lalu sebesar $ 15,3 miliar.

Taiwan sudah menegaskan berpisah dari China sejak 1949. Namun China tetap mengklaim wilayah itu provinsinya yang membelot.

Di awal Januari 2022 misalnya, China rempat mengirimkan 39 pesawat ke zona pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Ini merupakan serangan harian terbesar sejak Oktober 2021.

Arab

Munculnya Arab sebagai korban selanjutnya dipaparkan AS. Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken mengungkapkan bahwa perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membawa dampak mematikan bagi negara-negara Arab.

Pasalnya, kedua negara itu merupakan eksportir komoditas yang penting bagi wilayah itu. Dalam kunjungannya di Aljazair, Blinken mengatakan Ukraina saat ini merupakan sumber bahan pangan seperti gandum yang sangat penting bagi Timur Tengah sementara Rusia juga merupakan supplier penting minyak dan gas.

"Kampanye militer Rusia memiliki konsekuensi mematikan bagi warga di Timur Tengah. Ini berdampak langsung pada kehidupan mereka saat ini, terutama yang berkaitan dengan kenaikan harga pangan terutama gandum," katanya seperti dilaporkan France24, Kamis (31/3/2022).


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 68% Orang RI Tergolong Miskin -Jerman Hapus Hari Libur Nasional