Berat! Segini Efeknya Kenaikan PPN Bagi Kantong Orang RI

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia

31 March 2022 15:55

Foto: PPN Hingga Harga Pangan Naik Berjamaah, RI Menuju Stagflasi? (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% akan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Khususnya kantong masyarakat.

Apalagi ini bertepatan dengan lonjakan harga pangan serta situasi menjelang Ramadan dan Idul Fitri.

"Apa dipahamin gak sih (oleh pemerintah) dampak psikologisnya. Padahal rakyat Indonesia pendapatannya pas-pasan. Kalau satu naik harus mengurangi yang lain," ungkap Ekonom Senior Faisal Basri dalam program PROFIT CNBC Indonesia TV, Kamis (31/3/2022)

Sederet harga pangan kini sudah alami kenaikan. Seperti Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Maret 2022 oleh Bank Indonesia (BI). Terjadi beberapa kenaikan hingga mendorong inflasi 0,68%.

Cabai merah menyumbang inflasi sebesar 0,11% (mtm), bahan bakar rumah tangga (BBRT) sebesar 0,7% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,06% (mtm), emas perhiasan dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,05% (mtm), dan tempe sebesar 0,04% (mtm).

Minyak goreng, cabai rawit, sabun detergen bubuk/cair, angkutan udara dan jeruk masing-masing sebesar 0,03% (mtm), tahu mentah, daging sapi, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta bawang merah, bawang putih dan gula pasir masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

"Itu sudah jadi beban masyarakat, ditambah PPN makin berat," paparnya.

Faisal setuju pemulihan ekonomi sudah berjalan. Daya beli masyarakat juga semakin baik, namun menurutnya masih jauh dari kondisi sebelum pandemi covid. Apabila kini terjadi inflasi, faktor yang berasal dari permintaan masih sedikit.

"Jadi karena dari ongkos-ongkos nih, ditambah PPN itu akan memperlambat pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.