
Sanksi untuk Rusia Jadi Senjata Makan Tuan, Uni Eropa Teriak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Wacana penghentian aliran gas dari Rusia ke sejumlah wilayah Eropa membuat beberapa negara khawatir. Pasalnya, Benua Biru dianggap tidak akan mampu memenuhi pasokannya tanpa aliran dari Negeri Beruang Merah.
Dalam sebuah pernyataan, Uni Eropa (UE) telah mengusulkan undang-undang yang memaksa operator penyimpanan gas untuk mengisi lokasi setidaknya 80% dari kapasitas pada 1 November.
Tetapi, dengan penyimpanan saat ini hanya sekitar seperempat penuh, tugas itu terlihat sangat sulit untuk dipenuhi tanpa pasokan Rusia.
"Target 80% pada 1 November dapat dicapai selama setidaknya beberapa gas Rusia terus mengalir," kata Jack Sharples, peneliti di Institut Studi Energi Oxford seperti dikutip Reuters, Kamis (31/3/2022).
"Tapi saya pikir dalam hal melakukannya tanpa gas Rusia, itu tidak akan terpenuhi."
Jerman, konsumen gas terbesar Eropa yang bergantung pada Rusia untuk sekitar setengah dari kebutuhannya, telah menetapkan target 90% pada November. Stok gasnya saat ini 26% penuh.
Wacana penghentian aliran gas terjadi tatkala negara-negara Eropa memberikan sanksi finansial akibat serangan negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu ke Ukraina. Ini membuat Rusia terputus dari jaringan perbankan internasional.
Persoalan gas dari Rusia ke Eropa sendiri makin kencang berembus ketika Putin mempertimbangkan agar Benua Biru mau membayarnya dengan mata uang rubel. Pasalnya, Moskow saat ini kesulitan dalam mengakses mata uang lainnya, utamanya mata uang Barat seperti dolar Amerika Serikat dan euro.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukti Terbaru Eropa Tersandera Rusia & Sanksi Setengah Hati