Internasional

Perang Rusia-Ukraina Makan Banyak Korban: Jerman-Taiwan-Arab

Thea Fathanah Arbar & Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
31 March 2022 14:00
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (REUTERS/Tyrone Siu)
Foto: Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (REUTERS/Tyrone Siu)

Taiwan

Taiwan juga menjadi "korban" perang Rusia-Ukraina. Investor asing ramai-ramai meninggalkan negara itu sejak serangan dilakukan Moskow ke Kyiv.

Eksodus ini bukan tanpa alasan. Muncul kekhawatiran yang sama, di mana China dapat meningkatkan kekuatan militer untuk menyerang Taiwan.

"Dalam tiga minggu setelah invasi, investor asing melepas saham senilai sekitar 480 miliar dolar Taiwan (US$16,9 miliar)," kata Direktur di Mega International Investment Services, sebuah perusahaan yang berbasis di Taipei, Alex Huang, dikutip CNN International.

Arus keluar itu adalah yang terbesar dalam catatan melebihi nilai saham Taiwan yang dijual oleh investor asing di seluruh tahun 2021, yang diperkirakan oleh analis Bank of America sebesar US$ 15,6 miliar.

Analis Goldman Sachs juga memproyeksikan bahwa Taiwan telah melihat outflow hingga US$ 15,6 miliar selama sebulan terakhir. Ini melampaui penghitungan tahun lalu sebesar $ 15,3 miliar.

Taiwan sudah menegaskan berpisah dari China sejak 1949. Namun China tetap mengklaim wilayah itu provinsinya yang membelot.

Di awal Januari 2022 misalnya, China rempat mengirimkan 39 pesawat ke zona pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Ini merupakan serangan harian terbesar sejak Oktober 2021.

Arab

Munculnya Arab sebagai korban selanjutnya dipaparkan AS. Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken mengungkapkan bahwa perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membawa dampak mematikan bagi negara-negara Arab.

Pasalnya, kedua negara itu merupakan eksportir komoditas yang penting bagi wilayah itu. Dalam kunjungannya di Aljazair, Blinken mengatakan Ukraina saat ini merupakan sumber bahan pangan seperti gandum yang sangat penting bagi Timur Tengah sementara Rusia juga merupakan supplier penting minyak dan gas.

"Kampanye militer Rusia memiliki konsekuensi mematikan bagi warga di Timur Tengah. Ini berdampak langsung pada kehidupan mereka saat ini, terutama yang berkaitan dengan kenaikan harga pangan terutama gandum," katanya seperti dilaporkan France24, Kamis (31/3/2022).

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular