
Biden "Empat Mata" dengan PM Singapura, Ini yang Dibahas

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak perang di Ukraina menjadi salah satu topik yang mengemuka dalam pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Menurut Lee, perang tersebut berpotensi menyulut masalah baru di Asia Pasifik dan tidak menutup kemungkinan bakal bereskalasi menjadi konflik terbuka.
"Negara-negara yang berkepentingan di kawasan perlu melakukan semua upaya untuk menyelesaikan perselisihan melalui cara-cara damai sehingga kita dapat menghindari hal yang bisa disesali," katanya, seperti dikutip The Straits Times, Rabu (30/3/2022).
Adapun, dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 1 jam di Gedung Putih tersebut, kedua pemimpin negara sepakat untuk mengecam keras serangan Rusia ke Ukraina. Menurut Lee, kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas teritorial semua negara harus dihormati.
"Invasi militer tanpa alasan dari negara berdaulat dengan dalih apapun tidak dapat diterima," tegas Lee.
Dia juga mengungkapkan telah membahas langkah-langkah yang perlu diambil Singapura untuk membatasi kapasitas Rusia dalam perang di Ukraina. Hal ini termasuk sanksi dan pembatasan ekspor.
Sementara itu, Biden mengatakan sikap Singapura telah memperjelas bahwa perang yang dikobarkan Rusia tidak dapat diterima oleh negara di semua kawasan.
"Hari ini Singapura dan AS sepakat menyebarkan pesan kepada semua negara... Terlepas dari ukuran populasinya, mereka semua setara dalam hak mereka di panggung dunia," kata Biden.
"Mereka memiliki hak atas kedaulatan dan integritas teritorialnya, serta hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri yang bebas dari kekerasan dan intimidasi," imbuhnya.
Keamanan Kawasan
Selain masalah perang di Ukraina, kedua pemimpin negara tersebut juga membahas masalah perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
"Hal itu termasuk memastikan semua negara di kawasan, termasuk China, menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang memungkinkan kawasan yang bebas dan terbuka," tuturnya.
Dia pun menambahkan bahwa AS dan Singapura sama-sama berkomitmen pada kebebasan navigasi dan arus perdagangan maritim yang tidak terhalang di Laut China Selatan.
Mereka juga mendesak Korea Utara, yang telah melakukan uji coba rudal dalam beberapa bulan terakhir, untuk kembali bernegosiasi dan menahan diri untuk melakukan provokasi lebih lanjut.
Biden juga mengatakan mereka telah menyatakan keprihatinan mendalam atas penderitaan dan kekerasan yang terus berlanjut di Myanmar, setelah kudeta militer tahun lalu.
"Singapura dan AS setuju bahwa rezim militer harus segera menerapkan "konsensus lima poin Asean" dan mengembalikan Burma ke jalurnya menuju transisi demokrasi," kata Biden, menggunakan nama lama Myanmar.
Adapun, peta jalan "lima poin Asean" untuk Myanmar mencakup menyerukan penghentian segera kekerasan, dialog konstruktif di antara semua pihak, utusan khusus untuk memfasilitasi mediasi dan bertemu dengan semua pihak terkait, serta bantuan kemanusiaan.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden-Putin akan Berunding Via Telpon, Bahas Apa?