China Lockdown Shanghai, Pabrik Plastik RI Was-was
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri plastik di dalam negeri tengah memantau perkembangan pandemi Covid-19 di China, pascamemutuskan lockdown Shanghai. Pasalnya, jika lockdown berlarut hingga akhir April 2022, industi di dalam negeri akan menghadapi tantangan baru.
Sekjen Asosiasi Industri Aromatik, Olefin & Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, jika lockdown berlangsung lama, Indonesia akan merasakan efeknya pada 2-3 bulan kemudian. Mulai dari kendala pasokan bahan baku dan penolong, hingga keterbatasan produk hilir di dalam negeri. Belum lagi, potensi kenaikan tarif kargo.
"Kalau lockdown hanya sampai pertengahan April, tidak akan ada masalah. Karena stok sudah aman untuk memenuhi kebutuhan Lebaran 2022. Tapi, kalau sampai lockdownnya berlangsung hingga akhir April, efeknya akan terasa di Juni-Juli nanti. Untuk kebutuhan Lebaran cukup, apalagi kan pabrik biasanya tutup di H-7 dan H+7 Lebaran," kata Fajar kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/3/2022).
Menurut Fajar, lockdown yang diberlakukan China tersebut berdampak pada penurunan harga minyak dan bahan baku serta bahan penolong industri plastik. Sebab, permintaan global akan terkoreksi.
"Ada 2 hal yang perlu dicermati, yakni barang jadi plastik akan semakin sedikit di pasar Indonesia. Karena China pemasok barang jadi ke sini. Tapi, harga bahan baku juga akan turun. Ini harus jadi momentum yang harus disikapi industri di dalam negeri. Di tengah potensi keterbatasan bahan penolong, seperti pewarna. Yang juga kita beli dari China," jelasnya.
Dia menambahkan, penurunan harga minyak dan bahan baku plastik tentu akan berdampak langsung pada harga-harga produk plastik di dalam negeri.
"Bahan baku PP dan PE itu dipasok dari Timur Tengah. Dengan lockdown China, pasar akan 'kelebihan' pasokan
bahan baku. Ada slow down demand, pasar bahan baku banjir, dan ini bisa dimanfaatkan oleh industri di dalam negeri. Mumpung harga bahan baku murah. Jadi, harus gerak cepat supaya bisa subtitusi impor," kata Fajar.
Di sisi lain, dia menambahkan, lockdown berkepanjangan juga akan berdampak pada potensi terulangnya krisis kontainer.
"Kapal bisa jadi terbatas, pengiriman terbatas, freight cost bisa naik," ujarnya.
(dce/dce)