Aturan Mudik Makin Longgar, Uang Rp175 T Bakal 'Banjiri' RI

Maesaroh, CNBC Indonesia
25 March 2022 15:15
Pengungkapan kejahatan UANG PALSU
Foto: Pengungkapan kejahatan uang palsu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia memperkirakan kebutuhan uang kartal pada periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini sebesar Rp 175,26 triliun. Jumlah ini meningkat 13,4% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp 154 triliun.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S. Budiman mengatakan wilayah Jawa masih akan menjadi pusat peredaran uang selama periode Ramadhan dan Lebaran.

"Paling besar tetap di Jawa, sesuai dengan size ekonominya," tutur Aida, kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/3).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Pulau Jawa mendominasi struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2021 dengan kontribusi sebesar 57,89%.

"Sekitar 23% (beredar) di Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi)," tambahnya.

Bank Indonesia mencatat, penarikan uang tunai pada periode Lebaran selama pandemi Covid-19 turun drastis. Pada tahun 2020, uang beredar selama Lebaran hanya mencapai Rp 109,2 triliun sementara pada tahun 2021 sebesar Rp 154 triliun. Jumlah tersebut jauh di bawah catatan tahun 2019 yang menembus Rp 185 triliun atau tahun 2018 yang mencapai lebih dari Rp 190 triliun.

Besarnya peredaran uang selama periode Ramadhan dan Lebaran, disebabkan oleh meningkatnya transaksi belanja, pembayaran gaji karyawan maupun PNS, pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), serta khusus untuk dua tahun terakhir karena pencairan bansos tunai.


Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim menambahkan proyeksi peredaran uang sebesar Rp 175 triliun pada Ramadhan dan Lebaran tahun ini akan didorong pemulihan ekonomi, peningkatan mobil masyarakat, semakin menurunnya jumlah kasus serta pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sebagai catatan, pemerintah menghilangkan libur cuti bersama pada Lebaran tahun 2020 dan 2021 karena pandemi Covid-19.

"Juga karena kemungkinan pemberlakuan libur Idul Fitri 2022," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/3).

Sebagai catatan, pemerintah menghilangkan libur cuti bersama pada Lebaran tahun 2020 dan 2021 karena pandemi Covid-19.

Peredaran uang selama Ramadhan dan Idul Fitri menjadi pelumas bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara historis, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai puncaknya pada periode Lebaran.


Anomali terjadi pada tahun 2020 di mana Lebaran jatuh pada 24 Mei, hanya dua bulan setelah Covid-19 diumumkan sebagai pandemi. Pada kuartal II di mana terdapat momen Lebaran, ekonomi terkontraksi 5,32%. Kontraksi tersebut adalah yang pertama sejak Krisis Moneter 1997/1998.


Presiden Joko Widodo, Rabu (23/3), mengumumkan masyarakat diperbolehkan menjalankan sholat Taraweh berjamaah di masjid dan mudik lebaran. Dalam dua tahun terakhir, tradisi mudik dilarang pemerintah karena penyebaran Covid-19 yang tinggi. Pada tahun 2021, Kepolisian RI bahkan memasang sekat-sekat di perbatasan untuk membendung arus mudik.


Pemerintah, sebelumnya, juga menghapus ketentuan tes Antigen/PCR sebagai syarat perjalanan. Pelonggaran-pelonggaran tersebut diperkirakan akan membuat perkeonomian Indonesia bergairah kembali pada Ramadhan dan Lebaran.

Selain pelonggaran, sejumlah indikator juga menunjukan perekonomian Indonesia sudah semakin pulih dan siap terakselerasi pada periode Ramadhan dan Idul Fitri. Survei Bank Indonesia memprakirakan penjualan eceran pada April meningkat. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) April 2022 diperkirakan mencapai 151,8 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (141,1).

"Hal tersebut sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat selama Ramadhan," tulis Bank Indonesia dalam laporan Survei Penjualan Eceran Februari 2022.


Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2022 tercatat sebesar 209,6 atau tumbuh 15,2% (year on year/YoY). IPR Indonesia sudah kembali ke level 200 sejak November 2021. Sepanjang April 2020 hingga OKtober 2021, IPR Indonesia berada di bawah 200 kecuali pada Mei dan Juni 2021.

Konsumsi rumah tangga juga sudah tumbuh sejak kuartal II tahun 2021 setelah terkontraksi pada kuartal II/2020 hingga kuartal I/2021. Pada kuartal IV tahun 2021, konsumsi rumah tangga tumbuh 3,55% (YoY).

Menarik ditunggu apakah konsumsi  pakaian jadi akan meningkat pesat pada tahun Lebaran tahun ini. Pada kuartal II tahun 2020, di mana terdapat momen Lebaran, konsumsi pakaian, alas Kaki dan jasa perawatannya terkontraksi 5,14%. Konsumsi kebutuhan pakaian jadi tumbuh 1,66% pada kuartal II tahun 2021 di mana pada kuartal II terdapat momen Lebaran.
Pertumbuhan onsumsi pakaian jadi biasanya berkisar 4% mengingat permintaan akan pakaian baru terutama baju Muslim melonjak.


Indikator perbaikan lain adalah Google Mobility Index. Data Google Mobility Index per 21 Maret 2022 menunjukkan adanya peningkatan mobilitas di tempat belanja. Mobilitas di tempat perdagangan ritel dan rekreasi merangkak naik ke 8% dari 3,83% di bulan Februari. Sementara itu, mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari sudah meningkat 26%. dari 25,75 pada bulan Februari.
Baseline atau dasar pembanding data adalah mobilitas masyarakat sebelum kemunculan Covid-19 pada 3 Januari-6 Februari 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buang Rupiah, Warga +62 Pilih Ternak Dolar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular