Berkumpul di Drilling Summit, Ini Curhatan Bos-Bos Minyak RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Para pelaku usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) mengeluhkan sejumlah kendala dalam merealisasikan kegiatannya di lapangan, terutama dalam kegiatan pengeboran.
Para petinggi perusahaan migas di Tanah Air ini mengungkapkan banyaknya kendala di hulu migas, mulai dari proses pengadaan, perizinan hingga penyediaan lahan.
Keluhan ini dibeberkan dalam acara Drilling Summit Expo 2022 yang diselenggarakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) selama dua hari ini, 23-24 Maret 2022.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan bahwa gelaran Drilling Summit Expo 2022 kali ini tidak hanya membahas mengenai capaian 2022, namun juga termasuk untuk melihat rencana jangka panjang atau long term plan (LTP).
Fatar menyebut, selama dua hari berlangsungnya gelaran Drilling Summit ini, banyak pelaku usaha yang menuturkan kendala-kendala kegiatan hulu migas, terutama untuk kegiatan pengeboran. Menurutnya, sejumlah kendala tersebut telah diidentifikasi, antara lain proses pengadaan, perizinan dan penyediaan lahan.
"Banyak kendala yang telah dibahas dan sudah diidentifikasi selama dua hari ini. Pertama, katanya kendala di pengadaan, itu bagaimana ini pengadaan gak hanya dari KKKS tapi juga penyedia jasanya, kendala itu juga telah dibahas. Yang kedua adalah terkait dengan perizinan dan penyediaan lahan," papar Fatar saat menutup acara Drilling Summit Expo 2022, Kamis (24/3/2022).
Fatar pun berharap melalui kolaborasi, target pengeboran sebanyak 890 sumur pengembangan pada tahun ini dapat tercapai. Pasalnya, untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) di 2030, pengeboran masif menjadi kunci.
"Dalam arahan Pak Menteri, Pak Kepala (SKK Migas) juga hadir, bahwa mau gak mau kita harus ngebor," katanya.
Sebelumnya, SKK Migas mengakui bahwa progres pengeboran sumur di awal tahun ini masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala, seperti misalnya faktor cuaca hingga ketersediaan rig pengeboran di lapangan.
Kepala Divisi Operasi Pengeboran dan Perawatan Sumur SKK Migas Surya Widyantoro mengatakan bahwa realisasi pengeboran sumur di awal tahun masih belum sesuai harapan, sekalipun harga minyak mentah dunia saat ini telah tembus di atas US$ 100 per barel.
"Terlihat Januari sampai Maret kita belum bisa mencapai realisasi itu dengan berbagai kendala," kata dia.
Menurut Surya faktor cuaca di lapangan menyebabkan lokasi pengeboran susah dilewati peralatan berat. Selain itu, hasil pengeboran dari 1 rig yang masih menemui kendala pada saat mobilisasi ataupun pada saat operasional.
"Karena kita ngebor kan di bawah tanah masih ada risiko meskipun itu sumur pengembangan," ujarnya.
Salah satu faktor penting dalam proyek migas tanah air bukan hanya dari sisi eksplorasi atau pengeboran sumur semata, melainkan juga industri pendukungnya. Salah satu pemain industri pendukung proyek-proyek migas tanah air yakni PT Sagatrade Murni yang memproduksi centralizer, stop collar, float shoe and float collar, wiper cementing plug, hingga reamer shoe.
Produk yang dimiliki STM memiliki sertifikasi API Spec 11D1, API Spec 5-CT, hingga ISO 9001:2015. Adapun visi perusahaan menjadi produsen peralatan ladang minyak berkualitas kelas dunia.
"Lini produk kami terus berkembang seiring dengan komitmen untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk menyediakan produk terbaik. Kami juga aktif dan terus fokus untuk memperluas jangkauan produ STM yag baru dan inovatif," tulis manajemen STM.
(wia)