Pengusaha Hotel Dihantui Mimpi Buruk Pada 2023, Apa Itu?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
24 March 2022 13:55
Okupansi Anjlok di Awal tahun, Bisnis Hotel Kembali Paceklik (CNBC Indonesia TV)
Foto: Okupansi Anjlok di Awal tahun, Bisnis Hotel Kembali Paceklik (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis perhotelan masih membutuhkan stimulus dari pemerintah untuk bangkit dari dampak pandemi Covid-19. Dimana beban hutang hotel yang kian menumpuk sementara operasional masih terhambat karena permintaan minim.

"Dua tahun pandemi pariwisata itu kaya roller coaster kita bisa bertahan karena dibantu juga dari relaksasi kewajiban dan hibah pariwisata (2020) yang diberikan Kemenparekraf," kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran dalam Profit CNBC Indonesia, Kamis (24/3/2022).

Maulana mengatakan relaksasi pembebasan abodemen listrik pada 2020, serta penundaan kewajiban perbankan hingga 2023 mendatang, sangat membantu industri perhotelan untuk bertahan. Hanya saja, lanjut dia, begitu tenggat waktu pembayaran tiba di tahun 2023, menjadi mimpi buruk  bagi pebisnis perhotelan.

"Saat dilihat situasi sudah ada peningkatan pergerakan di beberapa daerah, atau demand naik, tapi bukan berarti penyehatan dari finansial (hotelnya) 2 tahun lalu ada gap besar. Begitu pemerintah nilai market sehat dan 2023 tidak direlaksasi lagi kewajiban itu jadi masalah besar bagi pariwisata, hotel dan restoran," kata Maulana.

Makanya masih dibutuhkan relaksasi kebijakan terutama kewajiban perbankan, dan cara kembali kembali industri pariwisata supaya pergerakan tumbuh.

"Kalau bisa diberikan adjustment sampai 2025. Karena dari relaksasi sebelumnya itu bukan dihilangkan melainkan dibuang ke belakang, saat tidak ada relaksasi tapi market belum stabil tapi cost operasi akan naik signifikan," kata Maulana.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Okupansi Anjlok di Awal tahun, Bisnis Hotel Kembali Paceklik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular