Internasional

Biden Rapat Besar di Markas NATO, Siap-siap Perang Dunia 3?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
24 March 2022 10:00
Russia Ukraine War NATO's Endgame
Foto: AP/Olivier Matthys

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tiba di Brussels, Belgia, Kamis (24/3/2022). Ia rencananya akan melakukan KTT puncak NATO di kota yang menjadi markas pakta pertahanan tersebut.

Pria 79 tahun itu terbang dari AS, Rabu. KTT NATO rencananya diadakan sekaligus dengan pertemuan negara-negara G7 dan Uni Eropa (UE).

Fokus utamanya adalah memperkuat negara anggota di Eropa Timur. Serangan Rusia ke Ukraina membuat anggota NATO di wilayah itu was-was akan eskalasi.

Meski tak terlibat langsung dalam perang, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengaku aliansi berencana mengerahkan kelompok militer baru ke empat negara. Yakni Bulgaria, Hungaria, Rumania, Slovakia.

Ukraina, yang ingin menjadi angora NATO sejak 2002, berbatasan langsung dengan Hungaria, Rumania, Slovakia dan negara NATO lain, Polandia. Dalam pekan kedua serangan, Rusia sempat membombardir wilayah dekat perbatasan Polandia, Lviv.

Sementara itu, di kesempatan berbeda, bereder kabar NATO juga akan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian internasional ke Ukraina. Proposal akan diajukan Polandia dalam pertemuan hari ini.

Bila itu disetujui, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan ini akan menjadi keputusan yang sangat sembrono dan sangat berbahaya. Hal tersebut bisa menyebabkan bentrokan langsung Rusia dan NATO.

"Kemungkinan kontak antara pasukan Rusia dan NATO dapat memiliki konsekuensi yang jelas yang akan sulit untuk diperbaiki," tegasnya sebagaimana dimuat Reuters.

Halaman 2>>

Kunjungan ini juga kemungkinan menyoroti perpecahan dengan Eropa terhadap sanksi untuk sektor energi Rusia. Beberapa negara benua itu, selama ini tergantung pada minyak dan gas Rusia.

Bahkan Jerman dan Hungaria sempat meneriakkan penolakannya atas sanĂ¡is ke gas Rusia. Gas Rusia menyumbang sekitar 40% dari total konsumsi gas Eropa.

"Masalah ini telah menjadi topik substansial dan subjek intens dalam beberapa hari terakhir," kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam negara-negara yang tak bersahabat dengan Rusia. Ia mengatakan mereka akan membayar harga gas Rusia dalam Rubel.

Pernyataan ini diutarakannya Rabu malam dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri tinggi pemerintah. Sejumlah negara, apalagi Eropa, memang bergantung pada energi dari Rusia.

"Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga ... tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," tegas Putin, dikutip CNBC International, Kamis.

"Mata uang pembayaran ... akan diubah ke rubel Rusia."

Ini merupakan "balas dendam" terbaru Putin ke negara-negara pemberi sanksi. Sebelumnya, akibat serangan ke Ukraina, Moskow diberondong sanksi oleh Barat termasuk larangan masuk, pembekuan aset, pemutusan dari sistem pembayaran global dan larangan ekspor.

Putin mengatakan pemerintah dan bank sentral memiliki waktu satu minggu untuk menemukan solusi tentang bagaimana memindahkan operasi ini ke mata uang Rusia. Raksasa gas negara itu, Gazprom juga akan diperintahkan untuk membuat perubahan yang sesuai pada kontrak gas.

Kemungkinan perubahan mata uang dapat membuat harga gas grosir Eropa dan Inggris naik sekitar 15-20%. Kenaikan harga energi sudah membuat Eropa "babak belur" dengan inflasi yang tinggi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Terbang Langsung ke Meeting NATO, Sepakat Serang Rusia?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular