'Badai Besar' Disebut Sri Mulyani Hantam RI, Separah Apa?

Redaksi, CNBC Indonesia
23 March 2022 15:43
Russian warships are seen ahead of the Navy Day parade in the Black Sea port of Sevastopol, Crimea July 23, 2021. (Alexey Pavlishak/Reuters)
Foto: Russian warships are seen ahead of the Navy Day parade in the Black Sea port of Sevastopol, Crimea July 23, 2021. (Alexey Pavlishak/Reuters)

Perang Rusia dan Ukraina bukan cuma persoalan dua negara. Secara cepat, hal ini menjadi persoalan serius bagi dunia, baik soal ketidakpastian, perlambatan ekonomi hingga adanya ancaman krisis terulang lagi.

"Perang di Ukraina datang pada saat yang buruk bagi dunia karena inflasi sudah meningkat," kata David Malpass, Presiden Bank Dunia (World Bank) kepada BBC.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia pada 2022 sebesar 4,1%, lebih rendah dari 2021 yang mencapai 5,5%. Proyeksi tersebut diumumkan pada Januari 2022, dimana belum dimulainya serangan oleh Rusia ke Ukraina.

Malpas menyebutkan, perang yang meletus pada pekan lalu membuat lonjakan pada harga minyak dunia. Begitu juga dengan gas, batu bara hingga pangan.

Hal ini akan berdampak pada inflasi banyak negara. Beberapa negara yang sudah alami lonjakan inflasi yang tinggi akan semakin tertekan.

"Ini merupakan masalah yang sangat nyata bagi orang-orang di negara miskin," jelasnya.

Perang juga menyebabkan terhambatnya pasokan barang, khususnya pangan kepada banyak negara. Maklum saja Rusia dan Ukraina merupakan pemasok bahan baku gandum sebanyak 28,9% dari total global.

Apalagi ada sanksi yang diberikan banyak negara terhadap Rusia dan menghambat jalur pasokan untuk komoditas apapun.

"Tidak ada cara untuk menyesuaikan diri dengan cukup cepat terhadap hilangnya pasokan dari Ukraina dan Rusia, sehingga menambah harga" kata Malpass.

(mij/mij)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular