Internasional

Kecelakaan Maut Boeing 737, Seri MAX Terancam Gagal Comeback

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 March 2022 09:00
Boeing 737 Max dapat kembali mengudara setelah Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan izin pada Rabu (18/11/2020). (AP/Ted S. Warren) Foto: Boeing 737 Max dapat kembali mengudara setelah Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan izin pada Rabu (18/11/2020). (AP/Ted S. Warren)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kecelakaan maut China Eastern Airlines yang menggunakan Boeing 737-800 akan menghambat pemulihan produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) tersebut, terutama untuk seri MAX yang memiliki reputasi buruk.

Maskapai China Eastern sendiri mengatakan penyebab kecelakaan itu sedang diselidiki. Kecelakaan seperti itu biasanya melibatkan banyak faktor, dan para ahli memperingatkan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang penyebab potensial, terutama mengingat langkanya informasi yang tersedia.

Akibat kecelakaan itu, China Eastern dan dua anak perusahaannya pada Senin (21/3/2022) mengandangkan armada 737-800 pesawatnya. Kelompok ini memiliki 225 pesawat, menurut data dari konsultan penerbangan Inggris IBA.

Meski begitu, analis Jefferies mengatakan regulator penerbangan China tidak mungkin mengandangkan armada 737-800 kecuali secara khusus mencurigai kegagalan teknis sebagai akar penyebab karena konsekuensi operasional.

Namun, ada kekhawatiran bahwa publik China dapat menghindari terbang dengan pesawat 737-800 sampai penyebab kecelakaan ditentukan, mengingat masalah reputasi yang lebih luas dengan keluarga 737 yang disebabkan oleh MAX, kata analis Cowen Cai von Rumohr dalam sebuah catatan.

"Oleh karena itu, mengisolasi penyebab kecelakaan akan sangat penting," tambahnya, mencatat penyebab utama kecelakaan transportasi udara komersial cenderung masalah pemeliharaan, kesalahan pilot, atau sabotase, daripada masalah manufaktur atau desain, sebagaimana dikutip Reuters.

Seri 737-800 yang jatuh adalah model sebelumnya dengan catatan keselamatan yang kuat dan ada hampir 1.200 dalam pelayanan di China, menjadikannya pasar terbesar di dunia untuk pesawat, menurut perusahaan konsultan penerbangan IBA. Lebih dari 4.200 pesawat 737-800 beroperasi secara global, menurut data dari perusahaan penerbangan Cirium.

Adapun, China adalah negara pertama yang mengandangkan 737 MAX setelah kecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia lebih dari 3 tahun lalu. Negara ini juga merupakan satu-satunya pasar utama Boeing yang belum kembali menggunakan 737 MAX untuk penerbangan komersial.

Robert Spingarn, direktur pelaksana di Melius Research yang berfokus pada sektor kedirgantaraan, mengatakan kembalinya MAX di China dapat ditunda hingga pihak berwenang di sana memiliki beberapa jawaban tentang penyebab kecelakaan China Eastern. Regulator penerbangan China dikenal sangat teliti dalam masalah keselamatan.

Di sisi lain, maskapai penerbangan China tidak membutuhkan pesawat MAX baru karena permintaan turun menyusul wabah Covid-19 terbesar di negara itu dalam dua tahun terakhir. Tetapi pabrikan AS memiliki lebih dari 140 jet 737 MAX yang sudah dibuat untuk pelanggan China yang menunggu untuk dikirim begitu jet kembali ke layanan komersial di sana, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut.

Saham Boeing ditutup 3,6% lebih rendah pada Senin. Boeing menolak berkomentar apakah kecelakaan itu dapat menunda pemulihan bisnis di China, sementara regulator penerbangan China tidak segera menanggapi permintaan komentar.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Boeing 737 China Eastern Jatuh, Xi Jinping Buka Suara


(tfa/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading