
Negara Ini Ogah Gabung NATO, Sebut Agresor Yugoslavia

Jakarta, CNBC Indonesia - Serbia mengaku ogah bergabung dengan kelompok tersebut. Negara itu beralasan tidak dapat melupakan agresi yang dilakukan aliansi itu pada tahun 1999.
Agresi dilakukan ke Yugoslavia selama 78 hari, dengan alasan mencegah genosida terhadap orang-orang Albania di Kosovo. Alhasil negara yang sudah berdiri 85 tahun itu bubar di 2003 dan menjadi tujuh negara baru, termasuk Serbia.
"Saya percaya bahwa Serbia tidak boleh bergabung dengan NATO," kata Presiden Aleksandar Vucic di Kikinda dikutip dari Tass, Selasa (22/3/2022).
"Tugas kita adalah memaafkan (NATO) tapi tugas kita juga untuk tidak lupa. Jangan lupakan Bojana Tosic yang berusia 11 bulan, terbunuh di Merdare, dekat Kursumlija, jangan lupakan Milica Rakic kecil terbunuh di Batajnica, dan jangan lupakan Sanja Milenkovic kecil, terbunuh di Varvarin."
Bukan hanya luka itu yang membuat Serbia harus tak bergabung. Ia mengatakan Serbia adalah negara bebas dan negara yang netral secara militer sehingga akan mempertahankan tanah dan langitnya sendiri.
NATO menginvasi Yugoslavia dengan 38.000 serangan mendadak dan 10.000 serangan bom. Pemboman itu menewaskan sekitar 3.500-4.000 orang dan menyebabkan sekitar 10.000 lainnya, sekitar dua pertiga dari mereka warga sipil, terluka.
Kerugian material juga dialami Serbia saat itu hingga mencapai $100 miliar. Selama tiga bulan pengeboman, pasukan NATO menjatuhkan 15 ton depleted uranium ke Serbia dalam bentuk bom dan peluru.
Setelah itu tingkat kanker di negara itu melonjak ke peringkat pertama di Eropa. Dalam sepuluh tahun pertama setelah pemboman, sekitar 30.000 kasus kanker ditemukan dan diperkirakan 10.000-18.000 di antaranya meninggal.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dibuat Hancur Jadi 7, Negara Ini Ngaku Ogah Gabung NATO