Internasional

Dibuat Hancur Jadi 7, Negara Ini Ngaku Ogah Gabung NATO

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 April 2022 10:00
Aleksandar Vucic (REUTERS/MARKO DJURICA)
Foto: Aleksandar Vucic (REUTERS/MARKO DJURICA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Serbia mengaku ogah bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Keengganan Serbia terhadap NATO ini bukan tanpa alasan.

Serangan ke Yugoslavia yang dilakukan NATO tahun 1999 silam masih membekas. Serbia sendiri adalah salah satu dari tujuh negara pecahan Yugoslavia pasca serangan berakhir.

"Tugas kita adalah memaafkan (NATO) tapi tugas kita juga untuk tidak lupa," kata Presiden Serbia Aleksandar Vucic beberapa waktu lalu dikutip dari TASS, Rabu (6/4/2022).

"Jangan lupakan Bojana Tosic yang berusia 11 bulan, terbunuh di Merdare, dekat Kursumlija. Jangan lupakan Milica Rakic kecil terbunuh di Batajnica dan jangan lupakan Sanja Milenkovic kecil terbunuh di Varvarin."

Alasan lain mengapa Serbia enggan bergabung dengan NATO adalah karena mereka adalah negara bebas dan negara yang netral secara militer. Sehingga akan mempertahankan tanah dan langitnya sendiri.

Sebagaimana diketahui, agresi NATO dilakukan ke Yugoslavia selama 78 hari. Alasannya mencegah genosida terhadap orang-orang Albania di Kosovo.

Alhasil, negara yang sudah berdiri 85 tahun itu bubar di 2003 dan menjadi tujuh negara baru. Selain Serbia, Yugoslavia menjadi Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Makedonia Utara, serta Kosovo.

NATO menginvasi Yugoslavia dengan 38.000 serangan mendadak dan 10.000 serangan bom. Pemboman itu menewaskan sekitar 3.500-4.000 orang dan menyebabkan sekitar 10.000 lainnya, sekitar dua pertiga dari mereka warga sipil, terluka.

Kerugian material juga dialami Serbia saat itu hingga mencapai US$100 miliar. Selama tiga bulan pengeboman, pasukan NATO menjatuhkan 15 ton depleted uranium ke Serbia dalam bentuk bom dan peluru.

Akibat serangan NATO, tingkat kanker di negara itu melonjak ke peringkat pertama di Eropa. Dalam sepuluh tahun pertama setelah pemboman, sekitar 30.000 kasus kanker ditemukan dan diperkirakan 10.000-18.000 di antaranya meninggal.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Ini Ogah Gabung NATO, Sebut Agresor Yugoslavia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular