
Eropa Mau Haramkan Minyak Rusia, Yakin Gak 'Berdarah-darah'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara yang tergabung di Uni Eropa (UE) mempertimbangkan untuk 'mengharamkan' minyak dari Rusia ke wilayahnya. Langkah ini mengikuti sanksi pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang resmi melarang impor energi- minyak, gas alam dan lainnya- per 8 Maret lalu.
"Kami sedang menyusun sanksi kelima dan banyak proposal yang masuk," sebut seorang pejabat Uni Eropa kepada Reuters.
"Sanksi-sanksi kami bertujuan untuk membuat Presiden Putin (Vladimir Putin, Presiden Rusia) berpikir ulang. Di antara kami, ada beberapa negara yang sensitif terhadap isu minyak dan gas. Meski demikian, tidak ada yang tabu," kata seorang pejabat di kantor kepresidenan Prancis, juga dikutip dari Reuters.
Ya, sanksi memang beruntun diberikan barat pasca Rusia menyerang Ukraina. Negeri Putin menyerbu Ukraina sejak 24 Februari namun hingga kini belum mampu melumpuhkan ibu kota Kyiv.
Jika aturan itu disetujui, apakah Uni Eropa akan baik baik saja?
Menurut Eurostat, pada tahun 2019, produk energi impor utama adalah produk minyak bumi (termasuk minyak mentah, yang merupakan komponen utama), menyumbang hampir dua pertiga dari impor energi ke UE. Tepatnya 67% dari total impor energi UE.
Stabilitas pasokan energi UE dapat terancam jika proporsi impor yang tinggi kemudian terganggu, terutama dari Rusia. Negeri beruang merah tersebut adalah pemasok utama minyak mentah, gas alam, dan bahan bakar fosil padat UE.
Pada 2019, hampir 27% impor minyak mentah UE berasal dari Rusia. Jarak ke posisi kedua pun jauh, di mana Irak sebagai pengimpor terbesar setelah Rusia berkontribusi 9% dari total impor minyak mentah UE.
![]() Impor Minyak Uni Eropa ke Rusia |
UE terutama bergantung pada Rusia untuk impor minyak mentah. Selain minyak mentah, UE juga bergantung kepada Rusia untuk gas alam dan bahan bakar padat.
Ketergantungan negara-negara UE terhadap impor energi dari negara luar aliansi tersebut bisa menimbulkan krisis energi. Terlebih lagi saat ini harga minyak terus merangkak naik dan pasokan minyak dunia masih ketat, sehingga tidak akan mudah menggantikan peran Rusia sebagai pengimpor utama minyak mentah.
"Negara-negara Uni Eropa masih sangat bergantung pada minyak dan gas Rusia untuk pasokan energi mereka dan tidak bisa begitu saja memutuskan diri dalam waktu singkat," kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Senin (21/3/2022).
"Terlalu banyak kilang di bagian timur dan barat Eropa masih sepenuhnya bergantung pada minyak Rusia dan dengan gas bahkan lebih buruk," ujarnya lagi mengutip Reuters.
Sebagai informasi, tingkat ketergantungan menunjukkan sejauh mana suatu perekonomian bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ini diukur dengan pangsa impor bersih (impor - ekspor) dalam konsumsi energi domestik bruto (artinya jumlah energi yang dihasilkan dan impor bersih).
Di UE pada 2019, tingkat ketergantungan mencapai 61%, yang berarti lebih dari setengah kebutuhan energi UE dipenuhi oleh impor bersih. Bahkan di beberapa negara tingkatannya mencapai lebih dari 60% seperti 90% di Malta, Luksemburg dan Siprus hingga 5% di Estonia.
![]() Tingkat ketergantungan UE Impor Energi |
(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Petaka' Baru di Bumi Bisa Muncul karena Rusia di 2023