
Harga Gas Kini To The Moon, RI Diminta Lakukan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak perang Rusia dan Ukraina membuat harga-harga komoditas melonjak. Salah satunya gas alam.
Pekan lalu, gas Eropa turut melejit hingga 135% point to point (ptp). Harga gas di Eropa menyentuh Euro 215/MWh, tertinggi dari puncaknya sebesar Euro 111,5/MWh.
Harga gas dunia yang tinggi saat ini, membuat RI disarankan untuk meningkatkan infrastruktur. Setidaknya ini dikatakan Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Riza.
Menurutnya, saat ini potensi cadangan gas di Indonesia mencapai 64 triliun kaki kubik (tcf). Sayangnya untuk memproduksi gas butuh dana yang tidak sedikit.
"Cadangan gas kita besar, produksi besar. Yang jadi masalah di Indonesia adalah biaya produksi gas kita cukup tinggi," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Senin (21/3/2022).
Oleh karena itu, Moshe menyarankan agar pemerintah untuk mengambil momentum di tengah harga gas dunia yang saat ini masih melejit. Caranya dengan undang investor untuk bersama membangun infrastruktur dan fasilitas gas di kawasan-kawasan di Indonesia yang kaya mengandung gas.
"Sekarang momentum untuk collect capital, kita harus mulai bangun infrastruktur dan fasilitas gas. Tingkatkan permintaan gas di dalam negeri. Karena kebutuhan gas di dalam negeri masih sangat minim," jelasnya.
"Tahun ini konsumsi gas hanya 18% dibandingkan minyak 32%. Ini perlu ditingkatkan. Gunakan gas untuk kebutuhan energi kita, karena potensi gas jauh lebih besar dibanding potensi minyak. Lapangan-lapangan baru, lapangan offshore itu juga banyak lapangan gas."
Dengan meningkatkan produksi gas di Indonesia, ia yakin ini dapat membawa perbaikan neraca perdagangan di dalam negeri. Terutama sebagai substitusi impor LPG dengan menggunakan natural gas yang sudah diproduksi di dalam negeri.
Selain cadangan gas, Indonesia juga masih memiliki cadangan minyak yang melimpah. Aspermigas mencatat cadangan minyak di Indonesia saat ini sebesar 4,2 miliar barel.
Angka potensi cadangan minyak di tanah air tersebut, kata Moshe belum menghitung lapangan atau area lain di Indonesia yang masih belum tereksplorasi. Misalnya saja di laut lepas dan yang berlokasi di Indonesia bagian Timur.
Untuk diketahui, pemerintah telah menetapkan target lifting 2022 untuk minyak sebesar 703.000 barel minyak per hari (BOPD). Sementara lifting gas 5.800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Adapun pada 2021 penerimaan negara dari hulu migas mencapai US$ 13,67 miliar atau setara Rp 206 triliun. Ini mencapai 188,8% dari target APBN 2021 yang sebesar US$ 7,28 miliar.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas