Bukan Eropa-NATO, Ini Korban Baru Perang Rusia-Ukraina
Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan yang dilakukan Rusia ke Ukraina nyatanya membawa korban baru. Bukan hanya Eropa, namun juga Afrika Utara dan Timur Tengah.
Lembaga hak asasi manusia (HAM), Human Right Watch (HRW), menyatakan Rusia dan Ukraina sama-sama merupakan lumbung pangan bagi masyarakat di kedua wilayah itu. Apalagi baik Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini mengalami krisis pangan.
"Baik Ukraina dan Rusia memimpin pengekspor produk pertanian ke banyak negara Timur Tengah dan Afrika Utara, dan gangguan terkait perang telah memperburuk harga pangan yang sudah naik dan memperdalam kemiskinan," kata Direktur Eksekutif HRW Timur Tengah dan Afrika Utara Lama Fakih seperti dilaporkan CNN International, Senin, (21/3/2022).
"Rantai makanan global menuntut solidaritas global di saat krisis."
Ukraina dan Rusia sendiri merupakan eksportir 30% gandum dunia. HRW menghimbau agar dunia cepat menekan Rusia untuk berhenti menyerang sehingga pasokan pangan dunia pulih.
"Tanpa tindakan bersama untuk mengatasi pasokan dan keterjangkauan makanan, konflik di Ukraina berisiko memperdalam krisis pangan dunia, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara," jelasnya lagi.
Sebelumnya ancaman sama juga dikatakan badan pangan dunia, FAO. Jumlah orang di dunia yang kekurangan gizi dapat meningkat 8 hingga 13 juta pada 2022-2023, khususnya di Asia, Afrika sub-Sahara, Timur Tengah, dan Afrika Utara.
"Mengkhawatirkan, kesenjangan pasokan global yang dihasilkan dapat mendorong harga pangan dan pakan internasional sebesar 8% hingga 22% di atas level yang sudah meningkat," kata laporan FAO.
Serangan Rusia sudah terjadi sejak 24 Februari. Sebelumnya serangan ini juga diyakini bisa membawa pemadaman listrik di Eropa karena tersendatnya gas Rusia akibat sanksi Barat.
(sef/sef)