
Keekonomian Pertamax Rp 14 Ribuan, Sinyal-sinyal Bakal Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa batas atas harga Bahan Bakar Minyak (BBM) umum dalam hal ini RON 92 atau Pertamax mencapai Rp 14.526 per liter.
Harga tersebut merupakan cerminan dari harga keekonomian BBM berdasarkan formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis BBM Umum. Adapun harga Jual BBM RON 92 di SPBU saat ini bervariasi tergantung para Badan Usaha terkecuali Pertamax yang masih diharga Rp 9.000 per liter.
"Untuk harga BBM jenis umum memang ditetapkan badan usaha, yang penting tidak boleh melebihi batas atas yang ditetapkan yaitu Rp. 14.526 per liter untuk Maret 2022," terang Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, Senin (21/3/2022).
Agung Pribadi menyatakan, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) atau ICP bulan Februari 2022 sebesar US$ 95,72 per Barel. Sedangkan angka sementara ICP Maret 2022 sampai tanggal 17 Maret 2022 sebesar US$ 114,77 per barel.
"Tingginya harga minyak tidak hanya berdampak pada APBN, tetapi harga penyediaan BBM. Untuk melindungi masyarakat, BBM bersubsidi seperti misalnya solar, minyak tanah, dan BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat seperti Pertalite harganya tetap dijaga," ungkap Agung.
Menanggapi hal itu, Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengakui bahwa harga keekonomian bensin Pertama memang ada gas yang cukup besar.
"Memang ada gap besar. Kami masih mereview dan juga berkoordinasi dengan stakeholder," terang Irto kepada CNBC Indonesia, Senin (21/3/2022).
Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, mengatakan harga BBM nonsubsidi sudah seharusnya mengikuti harga pasar. Pengguna BBM nonsubsidi adalah kalangan mampu sehingga kenaikan harganya tidak terlalu masalah karena mereka memiliki daya beli kuat. Apalagi setelah pandemi COVID-19 daya beli antara kelompok masyarakat atas dan bawah makin melebar.
"Penaikan harga BBM nonsubsidi juga tidak akan mengganggu indikator ekonomi makro," ujarnya, Senin (21/3/2022).
Menurut Faisal, bila dilihat dari porporsi penggunaannya, BBM nonsubsidi tidak besar. Paling banyak penggunaannya dan subsidi terutama adalah Pertalite, kendati BBM dengan kadar oktan 90 ini tidak termasuk dalam BBM Penugasan.
"Inflasi BBM itu dipengaruhi terutama dari konsumsi Pertalite yang penggunaan lebih banyak dan mempengaruhi juga ke harga lain terutama sembako. Kalau Pertamax beda. Distribusi barang kan tidak pakai BBM Pertamax," ujarnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Sesuaikan Harga Pertamax, Tetap Paling Terjangkau