Impor LPG RI di Februari Turun 27%, Kok Bisa?

Lidya Julita S., CNBC Indonesia
18 March 2022 12:05
Infografis, RI Tajir Gas Alam, Tapi Kok Impor LPG?
Foto: Infografis/ Indonesia Kaya akan Gas Alam Tapi Impor LPG/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) RI pada Februari 2022 tercatat menurun 27,5% secara bulanan atau month to month (mtm) menjadi 469.937,7 ton dari 648.552,5 ton pada Januari 2022.

Hal tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dikutip CNBC Indonesia, Jumat (18/03/2022).

Meski dari sisi volume turun 27,5%, namun dari sisi nilai turun lebih rendah yakni sekitar 25% menjadi US$ 354,9 juta pada Februari 2022 dari US$ 472,6 juta pada Januari 2022.

Adapun penurunan impor LPG tersebut terdiri dari bahan baku LPG yakni propana (liquefied) sebesar 230,7 ribu ton dan butana 233,9 ribu ton pada Februari 2022. Keduanya turun dari impor pada Januari 2022 yang tercatat sebesar 311,9 ribu ton untuk propana dan 333,3 ribu ton untuk butana.

Lantas, apa yang menyebabkan impor LPG RI pada Februari 2022 ini menurun? Apakah permintaan menurun karena lonjakan harga atau seperti apa?

Menurut Irto Ginting, Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, secara umum permintaan LPG dari masyarakat tidak ada perubahan signifikan, hanya jumlah hari di Februari lebih sedikit dibandingkan Januari, sehingga kebutuhannya lebih rendah dibandingkan Januari.

Namun menurutnya, tak menutup kemungkinan ada satu kargo LPG di pengiriman Februari yang tercatat atau direkapitulasi ke Januari 2022.

"Kemungkinan ada satu kargo Februari masuk ke rekap Januari. Kebutuhan Februari memang lebih kecil karena jumlah harinya juga lebih sedikit dibanding Januari. Namun secara kebutuhan LPG tidak ada perubahan signifikan," tuturnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (18/03/2022).

Seperti diketahui, pada 27 Februari 2022 lalu Pertamina kembali menaikkan harga LPG non subsidi seperti tabung ukuran 5,5 kg dan 12 kg untuk kali kedua setelah sebelumnya di akhir Desember 2021 juga sudah menaikkan harga LPG non subsidi di pasaran.

Per 27 Februari 2022, harga LPG non subsidi dibanderol Rp 15.500 per kg, naik dari sebelumnya Rp 13.500 per kg yang berlaku pada akhir Desember 2021, dan Rp 11.500 per kg sebelum kenaikan di akhir Desember 2021.

Irto sempat menjelaskan bahwa penyesuaian harga LPG non subsidi ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas.

Dia juga menjelaskan kenaikan dua tahapan dari Desember yang lalu itu dilakukan demi mengurangi beban masyarakat pengguna LPG non subsidi.

"Tercatat, harga Contract Price Aramco (CPA) mencapai 775 USD/metrik ton, naik sekitar 21% dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021," jelas Irto dalam keterangan resminya, Minggu (27/2/2022).

Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, impor LPG RI pada 2021 mencapai US$ 4,09 miliar atau sekitar Rp 58,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$), meroket 58,5% dibandingkan nilai impor pada 2020 lalu yang tercatat US$ 2,58 miliar.

Meski dari sisi nilai impor LPG ini naik signifikan, dari sisi volume impor hanya naik tipis. Berdasarkan data BPS, volume impor LPG sepanjang Januari-Desember 2021 tercatat sebesar 6,42 juta ton, naik tipis dari 6,35 juta ton pada 2020 lalu.

Adapun impor LPG tersebut terdiri dari impor bahan baku LPG yakni propana dan butana. Untuk impor propana pada 2021 tercatat sebesar 3,17 juta ton dan butana 3,21 juta ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akibat RI Kecanduan Impor LPG, Negara Ini Ketiban Untungnya..

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular