
Mampukah Sri Mulyani Tekan Defisit APBN di Bawah 4%?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap defisit APBN tahun ini akan berada di bawah 4%. Namun dengan situasi ketidakpastian saat ini, nampaknya defisit masih akan melebar. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator ekonomi Indonesia terkini.
Sri Mulyani menjelaskan, defisit fiskal pada APBN tahun anggaran 2021 tercatat mencapai 4,65% dari produk domestik bruto (PDB) atau mencapai Rp 783,7 triliun. Capaian tersebut turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,14% dari PDB, bahkan jauh dari targetnya yang sebesar 5,7% dari PDB.
"Ini hampir satu poin persen lebih rendah dari apa yang kita rencanakan untuk tahun 2021," jelas Sri Mulyani dalam sebuah webinar, Rabu (16/3/2022).
Sementara itu, kata dia, pendapatan negara hingga Januari 2022 telah meningkat 55% dibandingkan Januari 2021, yakni mencapai Rp 156 triliun, atau telah terealisasi 8,5% dari target APBN.
Adapun dari sisi pengeluaran masih relatif stabil dibandingkan tahun lalu yang meningkat 7%. "Itulah sebabnya kami memiliki defisit yang sangat baik, jauh lebih kuat dari apa yang kita khawatirkan."
Nah, di tahun ini, Sri Mulyani juga mengatakan Indonesia akan menghadapi tren yang sama, karena dari sisi pendapatan negara pada Januari 2022 telah meningkat hampir 55% dibandingkan tahun sebelumnya, yang disumbang dari pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
"Ini awal yang baik untuk tahun 2022. Sampai Februari kita masih melihat pertumbuhan pendapatan masih di atas 20%. Di sisi lain, pengeluaran dalam dua bulan pertama di tahun ini relatif sangat besar," tuturnya.
Jadi, kata Sri Mulyani walaupun Indonesia masih mengalami defisit, namun sebenarnya masih ada surplus yang bisa menambah pundi-pundi negara. Kendati demikian, karena adanya tensi geopolitik Rusia dan Ukraina saat ini, pemerintah juga telah siap menghadapi tekanan ekonomi yang cukup besar. Tekanan ekonomi yang dimaksud adalah kenaikan harga komoditas, seperti minyak mentah dunia, batu bara, crude palm oil (CPO), yang juga akan berdampak terhadap harga-harga kebutuhan bahan pokok pemerintah.
"Sekarang dalam hal konsolidasi fiskal dan postur anggaran kami 2022, sebelum adanya kenaikan komoditas yang ekstrem, kami telah mencatatkan kinerja yang sangat kuat pada anggaran 2021," jelasnya.
"Kami sebenarnya berharap tahun ini defisitnya malah semakin turun, hingga sedikit di bawah 4%. Tapi, tentu dengan situasi ini akan melihat bahwa defisit mungkin melebar," kata Sri Mulyani melanjutkan.
Seperti diketahui, berdasarkan Undang-Undang APBN 2022, pemerintah menargetkan defisit berada pada kisaran 4,8% terhadap PDB.
"Kita harapkan pencapaian defisit kita ini akan lebih rendah dari ini (4,8% terhadap PDB), bahkan mungkin jauh lebih rendah dari itu. Namun komposisi tersebut merupakan objek yang berbahaya terhadap respon kebijakan, terutama pada saat situasi yang sangat tidak menentu dan dinamis ini," jelas Sri Mulyani.
Kekuatan ekonomi Indonesia dan respon kebijakannya dalam 2,5 tahun terakhir di masa pandemi ini telah terbukti membuat pemerintah terus menjaga fleksibilitas fiskalnya.
Sehingga, kata Sri Mulyani pemerintah dapat memfokuskan dan mengalokasikan kembali pengeluaran dengan cara yang jauh lebih cepat dan tepat waktu.
"Karena persetujuan parlemen dan itu sangat efektif dalam mengatasi ketidakpastian apakah itu karena pandemi dan sekarang di tengah situasi geopolitik," jelas Sri Mulyani.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Barang Ilegal Rp 49 M yang Disikat Sri Mulyani Cs