
Lagi, Ada Negara Tetangga RI Terancam Krisis Gas!

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu negara tetangga RI di Asia Tenggara, yakni Thailand tengah mengalami kekurangan pasokan gas.
Hal ini terjadi karena penurunan tajam produksi gas di ladang gas terbesarnya dan adanya sanksi yang mengancam pasokan dari Myanmar, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/03/2022).
Akibatnya, Thailand tidak punya pilihan lain selain bergabung dalam perebutan pasokan gas alternatif di saat permintaan Eropa meningkat. Seperti diketahui, negara-negara Eropa juga tengah bergegas mengamankan kargo gas alam cair (LNG) untuk menggantikan gas dan LNG Rusia saat perang Rusia-Ukraina semakin intensif.
Kekurangan gas Thailand akan semakin membebani negara ini, terutama di tengah harga gas yang juga masih melonjak. Mengutip Reuters, Rabu (16/03/2022), Thailand mengimpor hampir 75% dari kebutuhan listrik, minyak mentah, batu bara, hingga gas alamnya pada tahun lalu.
Defisit gas Thailand sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam produksi dari ladang Erawan lepas pantai, yang menyediakan bagian terbesar dari kebutuhan gas negara itu. Ancaman sanksi AS lebih lanjut terhadap Myanmar setelah kudeta militer juga menimbulkan ketidakpastian atas impor gas dari pemasok lama.
"Kami menghadapi penurunan gas di Teluk Thailand dan potensi sanksi di Myanmar ... sekarang kami menambahkan situasi lain dari melonjaknya harga gas dari situasi Ukraina-Rusia," kata Menteri Energi Thailand Kulit Sombatsiri, dikutip dari Reuters, Rabu (16/03/2022).
PTT Exploration and Productiion Pcl (PTTEP), anak usaha BUMN energi PTT Pcl, akan mengambil alih lapangan gas Erawan dari Chevron Corp pada April dan telah berusaha untuk mendapatkan akses ke sana sejak 2021.
Transisi antara konsesi di ladang minyak seringkali bersifat kolaboratif tetapi penundaan pembicaraan antara PTTEP dan Chevron terjadi di tengah perselisihan antara perusahaan minyak utama AS dan pemerintah mengenai siapa yang harus membayar untuk memindahkan aset lepas pantai di lapangan.
Sekitar seperempat kebutuhan gas alam Thailand dulunya berasal dari lapangan Erawan, yang diperkirakan akan berproduksi kurang dari seperlima kapasitasnya bulan depan.
Penundaan alih kelola ini juga telah memperlambat investasi yang diperlukan untuk mempertahankan produksi lapangan, yang penting bagi keamanan energi jangka panjang Thailand.
Seperti diketahui, sebelumnya pada Oktober tahun lalu Singapura juga sempat mengalami krisis gas, salah satunya akibat tersendatnya pasokan gas dari RI, tepatnya dari pasokan gas di Sumatera Selatan yang disalurkan melalui gas pipa West Natuna ke Singapura.
Perlu diketahui, berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi gas alam Singapura pada 2020 sekitar 1,22 miliar kaki kubik per hari (BCFD), naik tipis dari 2019 sekitar 1,21 BCFD.
Bila ekspor gas RI ke Singapura ini mencapai rata-rata 737,2 BBTUD, maka artinya sekitar 60% pasokan gas Singapura dipasok dari RI.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGN Jaga Pasokan Gas Nasional di Masa Depan dengan Gas Cair