Restorasi Hutan Mangrove, PT SMI Dukung Percepatan Target NZE

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Rabu, 16/03/2022 10:50 WIB
Foto: Dok: PT SMI

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) terus mendukung program pemerintah dalam menuju Net-Zero Emission (NZE) pada 2060. Dukungan diberikan melalui pembangunan infrastruktur berkelanjutan dan program lainnya.

Diketahui target yang ditetapkan pemerintah terhadap penurunan emisi gas rumah kaca dengan usaha sendiri sebesar 29% dan sebesar 41% dengan dukungan internasional. Sehingga pencapaian NZE pada 2060 bisa terealisasi atau lebih cepat dari itu.

Kali ini, PT SMI menggandeng Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) untuk menyelamatkan ekosistem mangrove yang terancam dampak negatif aktivitas ekonomi masyarakat di sekitarnya. PT SMI dan YKAN pun telah menyusun berbagai program.


Seperti diketahui mangrove Indonesia memainkan peran penting dalam strategi mitigasi perubahan iklim nasional dan global. Sayangnya, mangrove saat ini menjadi salah satu ekosistem tropis paling terancam di dunia.

Indonesia tercatat kehilangan mangrove lebih dari 5.000 hektar per tahun. Dengan laju seperti itu, ekosistem mangrove bisa menghilang lebih cepat dari hutan hujan tropis dan terumbu karang.

Adapun dalam 30 tahun terakhir, 1 juta hektar mangrove telah hilang dan hanya 7% yang tersisa dalam status perlindungan. Hilangnya mangrove di Indonesia berkontribusi terhadap 42% emisi gas rumah kaca global yang berasal dari kerusakan ekosistem pesisir.

Terdapat banyak penyebab hilangnya mangrove di Indonesia dan salah satunya yaitu alih fungsi area mangrove menjadi lahan akuakultur. Masalah pembukaan hutan mangrove ini terkait erat dengan pekerjaan masyarakat pesisir sebagai petambak untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan penghasilan. Oleh karena itu, praktik yang akan didorong dan dikembangkan adalah praktik akuakultur berkelanjutan yang dapat meminimalisir kerusakan pada ekosistem mangrove, dengan pemilihan lokasi tambak yang lebih tepat, serta pengelolaan pemanfaatan ekosistem mangrove yang berkelanjutan dan terpadu.

Oleh karena itu, PT SMI dan YKAN sudah menyiapkan pelestarian ekosistem mangrove yang dapat memberikan manfaat ekonomi. Salah satunya melalui Program Akuakultur Berkelanjutan dan Konservasi Mangrove yang berlokasi di Kampung Pegat Batumbuk dan Teluk Semanting, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. 

Kampung Pegat Batumbuk dikenal dengan produksi perikanannya yang melimpah. Produk perikanan udang, kepiting, dan bandeng merupakan produk yang dikembangkan budidayanya untuk desa ini. Sektor perikanan di desa ini cukup menjanjikan bagi penduduk. Perikanan yang berlimpah membuka lapangan pekerjaan tidak hanya untuk laki-laki tapi juga untuk para perempuan dan anak-anak.

Selain sektor perikanan yang potensial, Desa Pegat Batumbuk juga memiliki potensi lainnya, yaitu ekosistem mangrove. Potensi hutan mangrove milik desa dibangun tidak hanya untuk mencegah bencana banjir dan abrasi, tapi juga sebagai sumber mata pencaharian dengan mengolah buah mangrove menjadi makanan. 

Sedangkan untuk Kampung Teluk Semanting, hutan mangrove merupakan lokasi yang menjadi sumber mata pencaharian utama bagi penduduk sekitar karena di desa tersebut terdapat hutan mangrove seluas 279 Ha, masyarakat terbiasa mencari kepiting, tiram, kerang dara, dan siput.

Direktur Utama PT SMI, Edwin Syahruzad mengungkapkan aktivitas utama dalam program ini dirancang untuk membantu pengembangan ekonomi masyarakat ke arah yang lebih ramah terhadap upaya restorasi dan konservasi mangrove. Sedangkan untuk memastikan keberlanjutan program di masyarakat, disusun juga pengembangan aspek tata kelola di tingkat desa.

Edwin Syahruzad menjelaskan, bahwa tujuan utama program akuakultur berkelanjutan menawarkan solusi 'triple-win' yang memberikan pengurangan risiko kerusakan lingkungan dengan biaya rendah, mendukung konservasi keanekaragaman hayati, dan memungkinkan perbaikan ekonomi serta kesejahteraan bagi masyarakat di Kampung Pegat Batumbuk.

Sedangkan untuk Kampung Teluk Semanting, PT SMI dan YKAN bekerja sama untuk pembangunan fasilitas Ekowisata Mangrove yang memiliki tujuan sebagai lokasi wisata pendidikan untuk mengedukasi masyarakat agar mencintai alam dan lingkungan. Wisatawan yang berkunjung dapat menanam mangrove di area pembibitan yang disediakan oleh pihak pengelola.

"Selain itu untuk mendukung pembangunan mata pencaharian masyarakat lokal lewat akuakultur berkelanjutan,dan ekowisata mangrove, serta memastikan pembangunan dan penggunaan sumber daya alam (praktik akuakultur) dalam kawasan pesisir yang secara sosial dan ekonomi dapat dibenarkan dan secara ekologi berkelanjutan," lanjut Edwin. 


(bul/bul)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Teken MoU, PT SMI Siap Bangun Infrastruktur Pembangkit Hidrogen