Dejavu Tingginya Harga Minyak Dunia, RI Kuat Tak Naikan BBM?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Senin, 14/03/2022 15:00 WIB
Foto: Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia sampai hari ini Senin (14/3/2022) masih di atas level psikologis US$ 100 per barel atau berada pada level US$ 111 per barel untuk harga minyak jenis brent. .

Bak Dejavu, harga minyak dunia juga pernah menyentuh level tertinggi pada 2008, kala itu menyentuh US$ 147 per barel. Kali ini, apa solusi pemerintah?

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu), Abdurrohman menjelaskan, secara historis Indonesia pernah menghadapi persoalan yang sama pada 2008, dalam menghadapi harga minyak dunia di atas US$ 140 per barel.


Kendati demikian, harga minyak yang tinggi tak pernah bertahan lama. Bahkan dihitung secara keseluruhan, harga minyak dunia pada 2008 secara agregat hanya berkisar US$ 100 per barel.

"Setelah adanya kenaikan harga tinggi, biasanya ada adjustment signifikan dari sisi supply dan demand," jelas Abdurrohman kepada CNBC Indonesia, Senin (14/3/2022).

Lonjakan harga minyak yang sangat tinggi tentu menjadi perhatian hampir seluruh negara di dunia, baik negara produsen (eksportir) maupun negara konsumen (importir). Mengingat, peranan minyak sangat penting sebagai bahan bakar yang menggerakan perekonomian.

Pasokan minyak mentah bisa dibilang sebagai komoditas vital dalam proses produksi industri, terutama untuk menghasilkan listrik, menjalankan mesin produksi dan mengangkut hasil produksi ke pasar. Selain itu, minyak bumi juga penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.

Mengingat peranannya yang vital tersebut, implikasi yang timbul akibat fluktuasi harga minyak juga akan beragam. Namun, kata Abdurrohman pemerintah saat ini terus memantau pergerakan harga minyak dunia, sambil melakukan perhitungan secara cermat dan tepat untuk bisa merumuskan kebijakan selanjutnya.

"Jadi dari sisi pemerintah, sedang melakukan exercise dan melihat berbagai risiko yang akan menjadi skenario. Ini yang memang kami coba lihat," tuturnya.

"Sejak 2017 memang kita automatic adjustment tarif di beberapa harga komoditas non subsidi kita tahan, saat itu untuk mendorong daya beli di masyarakat," kata Abdurrohman melanjutkan.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah mengatakan, bicara soal kondisi harga minyak mentah dunia secara day to day harganya memang fluktuatif. Kelak, memasuki kuartal II-2022 ini, harga minyak mentah dunia akan berada kembali di level US$ 80 per barel.

Yang terang, bagi Bagi Banggar DPR, kata Said, pemerintah perlu membuat mitigasi risiko terhadap dampak dari fiskal negara. Sebagai negara net importir dan dalam lima tahun belakangan mengalami defisit migas, tentunya meningkatnya harga minyak mentah dunia ini akan memberikan dampak pada keuangan negara.

"Subsidi energi pasti naik. Setiap kenaikan itu sekitar Rp 3 triliun, dan dari Rp 3 triliun untuk belanja modal, selisihnya Rp 400 miliar. Tetapi melihat kondisi terkini hitung-hitungan seperti itu tak diperlukan lagi, sekarang perlu mitigasi semuanya termasuk energi pasokan semua kita incer," tandas Said.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gerak Cepat RI Dorong Kesepakatan CoC Demi Atasi Sengketa LCS