'Luka' Bekas Pandemi Covid-19 Susah Hilang, Mengapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Eksekutif I KPC-PEN Raden Pardede mengatakan, bekas luka akibat Covid-19 terhadap kehidupan sosial masyarakat susah hilang. Meski nantinya Indonesia masuk endemi, namun bekasnya tetap ada.
Menurut Raden, bekas luka itu tercermin dari banyaknya masyarakat yang masih perlu dibantu oleh pemerintah. Sebab, tekanan Covid-19 begitu besar bagi sebagian orang.
"Artinya bahwa meskipun sudah selesai Covid-19, mungkin masih ada tambahan biaya yang harus kita alokasikan kepada teman-teman kita yang kurang beruntung karena kerentanan ekonomi ini sebagai akibat dari Covid-19 tidak semerta-merta ilang," ujarnya kepada CNBC Indonesia seperti ditulis, Minggu (13/3/2022).
"Ini yang disebutkan dengan adanya luka di dalam ekonomi kita akibat dari pandemi ini, kita tidak langsung bisa selesaikan saat itu juga," imbuhnya.
Menurut Raden, mereka yang rentan ini adalah masyarakat yang sebelumnya kehilangan pekerjaan dan belum kembali bekerja. Kemudian ada juga sektor-sektor usaha yang masih membutuhkan waktu panjang untuk pulih.
"Hal-hal itulah yang akan kita harus tetap kelola dan kelola dia supaya bagaimana dia nantinya jadi sehat lagi sehingga dia bisa berdiri dan berlari lagi dengan dirinya sendiri," jelasnya.
Oleh karenanya, hingga tahun ini pemerintah masih mengalokasikan anggaran dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Namun jumlahnya tidak sebesar tahun sebelumnya karena kasus Covid-19 yang sudah melandai.
"Tentu anggaran PC PEN itu masih tetap dianggarkan di tahun 2022. Kalau tahun lalu sekitar Rp 745 dianggarkan dan terpakai Rp 700 triliun, tahun ini dianggarkan sekitar Rp 450 triliun sampai Rp 460 triliun. Jadi memang itu tetap masih ada tapi memang berkurang (nilainya) dari tahun sebelumnya," pungkasnya.
(miq/miq)