Geger Rusia Culik Wali Kota Melitopol Ukraina Ivan Fedorov
Jakarta, CNBC Indonesia - Perseteruan Ukraina dan Rusia semakin memanas. Terbaru, pihak berwenang Ukraina menuduh pasukan militer Rusia menculik Wali Kota Melitopol Ivan Fedorov.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Heraschenko mengatakan, ada 10 tentara memasuki Melitopol pada hari Kamis. Mereka lantas menculik Fedorov dan membawanya ke lokasi yang tidak diketahui.
Kyrylo Tymoshenko selaku Wakil Kepala Kantor Kepresidenan di Kyiv membagikan rekaman berisi penculikan Fedorov. Sebuah video itu menunjukkan pria bertopeng memimpin pria lain keluar dari sebuah gedung.
Hanya saja, Al Jazeera tidak dapat memverifikasi rekaman secara independen. Tidak ada komentar langsung dari Moskow tentang nasib Fedorov.
Dalam sebuah pesan video pada Jumat malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengutuk penculikan itu. Ia menyebut Fedorov sebagai wali kota yang dengan berani membela Ukraina dan masyarakatnya.
"Ini jelas merupakan tanda kelemahan penjajah. Mereka telah pindah ke tahap teror baru di mana mereka mencoba untuk secara fisik menghilangkan perwakilan dari otoritas lokal Ukraina yang sah," kata Zelensky.
Kementerian Luar Negeri Ukraina juga mengecam penculikan itu. Kemenlu mengatakan insiden itu merupakan kejahatan perang karena hukum internasional melarang penyanderaan warga sipil selama perang.
Kementerian mengatakan pasukan Rusia secara sinis menuduh wali kota itu sebagai pelaku terorisme.
"Kami menyerukan masyarakat internasional untuk segera menanggapi penculikan Ivan Federov dan warga sipil lainnya, dan untuk meningkatkan tekanan pada Rusia untuk mengakhiri perang biadabnya terhadap rakyat Ukraina," tulis Kemenlu Ukraina.
Menurut situs berita Ukrayinska Pravda, pasukan Rusia memasuki Melitopol pada hari kedua serangan mereka pada 25 Februari lalu. Setelah serangan Rusia, Fedorov memimpin beberapa demonstrasi menentang serangan itu, termasuk rapat umum pada 2 Maret yang dihadiri oleh ribuan orang.
Pada tanggal 5 Maret, Ukrayinska Pravda melaporkan Fedorov mengatakan bahwa situasi di kota itu semakin sulit karena kekurangan makanan dan obat-obatan. Dia juga mengatakan pihak berwenang Melitopol telah meminta pasukan Rusia untuk membuka koridor kemanusiaan untuk membiarkan penduduk kota pergi, tetapi permintaan itu ditolak.
(miq/miq)