
Kacau! Efek Perang Merembet, Harga Pangan Lokal Ikut Terbang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah diminta mewaspadai efek domino perang Ukraina-Rusia ke pasar jagung domestik. Pasalnya, konflik kedua negara pemasok utama jagung global ini menyebabkan stok global semakin terbatas dan harga terdongkrak ke level rekor. Belum lagi, Ukraina memutuskan menghentikan sementara ekspor produk pertaniannya. Kondisi ini dinilai jadi faktor berpengaruh terhadap harga jagung lokal yang tetap naik meski memasuki musim panen, seperti di Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Balaraja.
Padahal, harga jagung dan bahan pangan lainnya sebelumnya sudah naik akibat efek domino pandemi Covid-19, termasuk kelangkaan kontainer dan melonjaknya ongkos kargo. Belum lagi, adanya gangguan cuaca di negara produsen utama jagung dunia.
Tradingeconomics mencatat, harga jagung pada perdagangan Jumat, 11 Maret 2022, melonjka ke level rekor 10 bulan menjadi US$7,5 per bushel. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengkhawatirkan, lonjakan harga internasional akan lebih membuka pintu ekspor jagung Indonesia. Akibatnya, akan memicu kurang pasokan di dalam negeri dan kembali mendongkrak harga jagung di pasar domestik.
"Per Maret 2022, harga bahan untuk pakan sudah naik Rp150 per kg sejak Januari 2022. Per Maret 2022 harga di dalam negeri adalah Rp6.000 untuk jagung, gandum Rp7.500 per kg, CPO Rp21.000, dan rice bran (bekatul) Rp4.000 per kg," kata Desianto kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/3/2022).
Dalam kondisi wajar, imbuhnya, tanpa perang dan gangguan cuaca harga gandum setara 90% harga jagung.
Menurut dia, 80-85% biaya produksi pakan dipengaruhi oleh bahan pakan. Sementara, biaya pakan mendominasi 70% biaya usaha budidaya ayam, 70-75% budidaya ikan, dan 50-55% budidaya udang. Dan, hingga 90% produksi pakan dikonsumsi oleh budidaya unggas.
"Mau tidak mau kenaikan harga pakan ternak tidak bisa dihindari. Kenaikan Rp200, harga pakan menjadi Rp6.450 - 6.750 untuk ayam layer dan menjadi Rp8.050 - 8.850 per pakan untuk ayam broiler. Kenaikan ini ada yang sedang dan akan, tergantung pabrik masing-masing," kata Desianto.
Meski, imbuh dia, kenaikan harga pakan setiap perusahaan berbeda tergantung pengelolaan bahan pakan dan formulasi, serta strategi pemasaran dan kebijakan harga masing-masing produsen pakan.
Karena itu, Desianto berharap, pemerintah bisa menerapkan kebijakan serupa yang diterapkan terhadap minyak goreng, untuk membatai laju ekspor jagung nasional. Yakni, wajib memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation? DMO).
"Ya, itu perlu DMO untuk jagung. Saat ini pembelian jagung nggak susah. Cuma khawatir kalau harga jagung global terus naik, akan tergiur diekspor. Karena tergiur harga ekspor, yang dari Gorontalo nanti dijual ke Filipina pasar terdekat. Ini bisa memicu situasi yang nggak kondusif. Karena jaminan pasokan lokal untuk kebutuhan dalam negeri tidak ada dan menjadi sulit dibeli," ujar Desianto.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Potensi Anomali Harga Jagung, Efek Pandemi?
