China Akan Pangkas Produksi Kilang, Ekspor BBM Diminta Setop!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Kamis, 10/03/2022 20:33 WIB
Foto: REUTERS/Aly Song

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan kilang minyak China akan memangkas produksi dalam beberapa minggu mendatang karena lonjakan harga minyak yang didorong oleh Perang Rusia - Ukraina menekan margin pabrik pengolahan minyak mentah.

Analis menyebut, dengan lonjakan harga minyak mencapai US$ 130 per barel, ini mengkhawatirkan produsen. Rencana penurunan produksi kilang ini akan berdampak pada pengurangan impor minyak mentah.

Mengutip Reuters, Kamis (10/03/2022), sinyal akan berkurangnya produksi kilang ini membuat Pemerintah China mendesak agar perusahaan kilang menghentikan ekspor bensin dan diesel pada April untuk memastikan pasokan domestik tetap aman.


Kilang yang sebagian besar berlokasi di Provinsi Shandong timur ini telah diperkirakan beroperasi pada tingkat yang lebih rendah pada tahun ini setelah Beijing memangkas kuota impor minyak mereka. Tetapi lonjakan harga minyak global ke level tertinggi dalam 14 tahun di tengah krisis Ukraina ini semakin menambah tekanan pada perusahaan kilang.

"Margin kilang telah menipis dengan cepat karena biaya minyak mentah impor melonjak jauh lebih cepat daripada harga bahan bakar olahan domestik," kata konsultan komoditas China JLC, dikutip dari Reuters, Kamis (10/03/2022).

"Jika harga minyak mentah tetap tinggi, mungkin ini berpotensi terjadi pembatasan produksi (kilang) yang lebih luas atau penutupan kilang secara penuh untuk pemeliharaan," tambahnya.

Sebagai informasi, lebih dari 40 kilang independen yang disurvei oleh JLC beroperasi dengan kapasitas sekitar 58% pada minggu ini, dibandingkan dengan lebih dari 70% pada periode yang sama tahun lalu.

Di bawah skema penetapan harga pada 2016 yang sebagian besar menghubungkan harga bensin domestik dengan minyak mentah global, Beijing biasanya memperlambat frekuensi kenaikan harga pada harga bensin dan diesel eceran ketika minyak mentah naik di atas US$ 80 per barel, mengurangi margin untuk kilang.

Pada saat harga minyak menyentuh US$ 130 per barel, kenaikan harga bensin dan diesel di dalam negeri diminta untuk ditahan, sehingga bisa melindungi konsumen.

Brent mencapai tertinggi US$ 139,13 pada hari Senin (07/03/2022), tetapi sejak itu memang menurun, namun masih naik sekitar 45% tahun ini.

Untuk menghindari kekurangan bahan bakar minyak, perusahaan kilang negara telah diminta untuk menangguhkan atau mengurangi ekspor bensin dan diesel pada bulan April.

Chairman Sinopec Ma Yongsheng mengatakan kepada media pemerintah minggu ini bahwa kilang utama Asia telah mempertahankan tingkat operasional yang "cukup tinggi".

"Kami mampu dan bertekad untuk memastikan pasokan produk minyak," kata Ma.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak