Putin Rilis 'Senjata' Baru, Bisa Bikin Barat Takut?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia secara resmi akan melegalkan pencurian paten dari negara-negara yang menjatuhkan sanksi terhadapnya terkait serangan ke Ukraina. Hal ini diterangkan dalam sebuah putusan resmi yang akan dikeluarkan pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Mengutip Washington Post, keputusan itu disebut akan diluncurkan minggu ini. Pejabat Rusia juga telah mengangkat kemungkinan untuk mencabut pembatasan pada beberapa merek dagang barat yang beroperasi di negara itu untuk kepentingan ekonomi dalam negeri.
Analis berpandangan bahwa ini akan membawa makin banyak perusahaan Barat yang keluar dari negara itu. Diketahui, negara-negara Barat dan sekutunya sendiri saat ini telah dicap Kremlin sebagai 'musuh' atas sanksi ini.
"Efek dari hilangnya perlindungan paten akan bervariasi menurut perusahaan. Sekarang entitas Rusia tidak dapat dituntut untuk ganti rugi jika mereka menggunakan paten tertentu tanpa izin," kata ahli dikutip Kamis, (10/3/2022).
Hal serupa juga diungkapkan pengacara kekayaan intelektual yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Josh Gerben. Ia mengatakan dampak dari keputusan ini akan menjadi sangat parah. Bahkan, bisa jadi lebih jauh melampaui de-eskalasi perang di Ukraina.
"Ini hanyalah contoh lain tentang bagaimana (Putin) selamanya mengubah hubungan yang akan dimiliki Rusia dengan dunia," kata Gerben.
Sementara itu, Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia menegaskan bahwa paten ini dapat dicabut bagi barang-barang yang memang dibatasi impornya selama sanksi dijatuhkan. Ini untuk melindungi kepentingan produksi di negara itu.
"Langkah-langkah itu akan mengurangi dampak pada pasar pemutusan rantai pasokan, serta kekurangan barang dan jasa yang muncul karena sanksi baru dari negara-negara barat," ujar kementerian itu dikutip media Rusia, TASS.
Seperti diketahui, Rusia sendiri masih mengandalkan impor produk luar negeri di beberapa lini. Di sektor energi misalnya, Negeri Beruang Merah itu diketahui masih mengimpor banyak peralatan instalasi kilangnya. Alat itu paling banyak diimpor dari AS dan Eropa, yang saat ini terus menghujani Moskow dengan sanksi.
(tps/luc)