
RI Mulai Longgar Lawan Covid-19, Eks Bos WHO Beri Peringatan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mulai melonggarkan sejumlah kegiatan masyarakat. Keputusan tersebut sejalan dengan terkendalinya pandemi Covid-19 yang ditandai dengan penurunan kasus harian, serta tingkat keterisian rumah sakit.
Beberapa pelonggaran yang dilakukan pemerintah adalah ketentuan syarat pelaku perjalanan domestik yang menggunakan transportasi udara, laut maupun darat yakni dengan tidak perlu menunjukkan bukti tes antigen maupun PCR.
Namun, ketentuan tersebut hanya berlaku bagi masyarakat yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin atau booster. Jika belum, maka masyarakat yang bersangkutan tetap harus melakukan antigen dan PCR.
Selain itu, pemerintah juga sepakat untuk melakukan uji coba karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) di Bali. Bahkan, pemerintah juga memperbolehkan kompetisi olahraga menerima penonton hadir secara fisik.
Deretan keputusan yang diterapkan pemerintah tersebut lantas mendapatkan sorotan dari Tjandra Yoga Aditama, eks Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara.
Tjandra mengakui bahwa secara umum kasus harian Covid-19 memang sudah melandai dan diharapkan terus dalam tren menurun, seperti pada Desember tahun lalu di mana kasus harian berada di kisaran 100-200 per hari.
Namun, Tjandra menggarisbawahi beberapa catatan. "Rumah sakit dan sistem kesehatan harus selalu siap untuk antisipasi kalau ada peningkatan kasus," kata Yoga.
Selain itu, menurutnya, vaksinasi primer perlu terus ditingkatkan sampai dengan 70% dari total penduduk. Tak hanya itu, Tjandra menilai vaksinasi booster tetap harus menjadi perhatian.
"Angka cakupan [booster] sekitar 5-6% sekarang ini nampaknya masih terlalu rendah," jelasnya.
Tjandra juga menyoroti angka kematian, positivity rate, hingga angka reproduksi. Tjandra mengatakan, memang terjadi penurunan, namun situasinya belum seperti pada akhir tahun lalu.
"Surveilans (kasus probable/confirmed dan juga gejala/sindromik) harus terus ketat dilakukan, sehingga kalau ada peningkatan kasus maka terdeteksi sejak awal sekali," jelasnya.
"Juga WGS [whole genome sequencing] perlu ditingkatkan untuk wanti-wanti dan deteksi dini kalau ada varian baru, dapat termasuk juga surveilan limbah," katanya.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Beri Peringatan Baru soal Covid-19, Bakal Meledak Lagi?