
Sempat Beli Minyak Rusia, Shell Minta Maaf & Janji Akan Stop!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan minyak asal Belanda, Shell, pada hari ini, Selasa (08/03/2022), meminta maaf atas pembelian minyak dari Rusia dengan diskon besar-besaran dan mengumumkan bahwa pihaknya menarik diri dari keterlibatannya dalam semua hidrokarbon Rusia.
"Sebagai langkah pertama, perusahaan akan menghentikan semua pembelian spot minyak mentah Rusia. Kami juga akan menutup stasiun layanan, bahan bakar penerbangan, dan operasi pelumas di Rusia," ungkap Shell dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC, Selasa (08/03/2022).
Pada hari Jumat, Shell membeli 100.000 metrik ton minyak mentah Ural dari Rusia. Minyak itu dilaporkan dibeli dengan diskon besar, dengan banyak perusahaan menghindari minyak Rusia karena serangan Moskow yang tidak beralasan terhadap tetangganya. Pembelian itu tidak melanggar sanksi Barat.
Perusahaan menghadapi kritik keras atas pembelian tersebut, termasuk dari Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, yang telah mendesak perusahaan untuk memutuskan semua hubungan bisnis dengan Rusia.
CEO Shell Ben van Beurden mengatakan pada hari Selasa bahwa perusahaan "sangat menyadari bahwa keputusan kami minggu lalu untuk membeli kargo minyak mentah Rusia untuk diolah menjadi produk seperti bensin dan solar - meskipun dilakukan dengan pertimbangan utama keamanan pasokan - bukan hal yang benar dan kami minta maaf."
Berbicara kepada CNBC pekan lalu, Kuleba melancarkan serangan pedas terhadap perusahaan-perusahaan yang masih melakukan bisnis dengan Rusia, dengan mengatakan bahwa beberapa perusahaan minyak besar dapat menemukan diri mereka berada di sisi sejarah yang salah.
"Dunia akan menilai mereka sesuai dengan itu. Dan sejarah akan menilai mereka sesuai dengan itu," katanya kepada Hadley Gamble dari CNBC.
Shell telah mengatakan bahwa pihaknya bermaksud untuk keluar dari usaha patungannya dengan raksasa gas Rusia Gazprom dan entitas terkaitnya, dan menyatakan pada akhir pekan bahwa mereka akan menyerahkan keuntungan dari diskon minyak Rusia ke dana yang didedikasikan untuk bantuan kemanusiaan untuk Ukraina.
Van Beurden menambahkan bahwa tantangan sosial yang ditimbulkan oleh perang Rusia-Ukraina "menyoroti dilema antara memberi tekanan pada pemerintah Rusia atas kekejamannya di Ukraina dan memastikan pasokan energi yang stabil dan aman di seluruh Eropa."
"Pada akhirnya, pemerintahlah yang memutuskan pilihan yang sangat sulit yang harus dilakukan selama perang di Ukraina. Kami akan terus bekerja sama dengan mereka untuk membantu mengelola potensi dampak terhadap keamanan pasokan energi, khususnya di Eropa," tambahnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas