
Perusahaan Australia Setop Impor Minyak dari Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan kilang minyak Australia, Viva Energy, menegaskan bahwa pihaknya akan berhenti membeli minyak mentah dari Rusia, menyusul perusahaan lainnya yang memutuskan hubungan perdagangan ke negara tersebut sebagai upaya mendukung Ukraina.
Sebelum Viva Energy, terdapat serentetan perusahaan yang telah membatasi, menunda dan bahkan memutus kegiatan bisnis di Rusia, menyusul gelombang sanksi yang dikenakan kepada Rusia setelah adanya serangan militer terbesar di benua Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Ampol, perusahaan kilang minyak asal Australia lainnya, melalui juru bicaranya, dilansir dari Reuters, Selasa (8/3/2022), mengatakan perusahaannya malah belum membeli sama sekali minyak mentah atau produk Rusia sejak konflik dimulai.
Viva yang beroperasi di Australia dengan merk Shell mengatakan pihaknya shock atau terkejut dengan peristiwa di Ukraina. Sementara Ampol mengatakan pihaknya mengutuk tindakan Rusia dan mendukung sanksi internasional terhadap negara tersebut.
Kedua perusahaan mengungkapkan, mereka telah mendapatkan minyak mentah dari banyak negara yang berbeda, dan mereka akan berusaha mempertahankan pasokan, karena transportasi di Australia tidak terlalu bergantung pada minyak mentah Rusia.
"Rantai pasokan produk di Australia juga biasanya beroperasi tanpa produk minyak Rusia," jelas juru bicara Ampol.
Kendati demikian, Ampol mengakui bahwa peristiwa di Ukraina dan sanksi internasional saat ini memberikan tekanan pada harga minyak global dan akan berdampak pada harga bahan bakar eceran di Australia.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa Amerika Serikat dan sekutu Eropa tengah mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia, dan menyebabkan harga minyak jatuh ke level tertinggi sejak 2008 pada Senin (7/3/2022).
Pada Selasa (8/3/2022) pukul 06:41 WIB, harga minyak jenis Brent berada di US$ 123,21 per barel, melonjak 4,32% sekaligus jadi yang termahal sejak Maret 2012 atau 10 tahun lalu.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 120,14 per barel, naik 0,62% dan menjadi rekor tertinggi sejak Juli 2008.
JPMorgan mengungkapkan harga minyak diperkirakan bisa tembus US$ 185 per barel pada akhir tahun bila Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut.
Terbaru, Pemerintah Rusia mengklaim harga minyak mentah dunia bisa melonjak di atas US$ 300 per barel jika sejumlah negara Barat serius memberikan sanksi impor energi dari Rusia.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (08/03/2022).
Novak mengancam akan memotong pasokan gas ke Eropa jika pemerintah memberikan sanksi impor energi, memperingatkan bahwa hal itu dapat menyebabkan harga minyak melonjak di atas $300 per barel.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenaikan Harga Beras & Minyak Hingga IMF Bawa Kabar Baik
