Ikut-Ikutan Pangan, Harga Kopi Tanda-Tanda Terbang

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Selasa, 08/03/2022 07:00 WIB
Foto: REUTERS/Darren Whiteside

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kopi diprediksi masih berpeluang menguat dan akan terus naik hingga tembus 260 sen dolar AS per pon atau US$2,60 per pon. Tertinggi sejak tahun 2012.

Chart tradingeconomics menunjukkan, harga kopi berjangka pada perdagangan, Senin, 7 Maret 2022 bergerak di US$2,27 per pon. Terendah sejak 3 Januari 2022.

"Harga kopi selama 8-9 bulan terakhir ini memang naik turun, tapi dalam arah menuju ke atas. Sebab, sejak terjadi frost (embun beku) di Brasil tahun lalu, diprediksi akan ada shortage hingga 3 tahun ke depan. Harga bisa tembus US$260 sen dolar AS per pon," kata Wakil Ketua Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Soenartokepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/2022).


Pasalnya, lanjut dia, Brasil juga tidak memiliki stok yang mencukupi sebelum terjadinya frost.

"Dan, pada saat frost, bibit mereka juga rusak. Jadi, ke depan harga kopi ini masih akan naik," ujarnya.

"Tahun 2021, banyak gagal panen karena cuaca. Lucunya, kita ini memang nggak rejeki. Selalu, setiap harga naik justru gagal panen. Kita dari asosiasi berusaha melakukan perbaikan tapi cuaca nggak bisa dilawan," ujarnya.Hanya saja, imbuh dia, petani di Indonesia kehilangan momentum.

Hanya saja, imbuh dia, panen tahun ini diharapkan masih mampu mempertahankan capaian tahun 2021.

"Saya sudah ke lapangan, sepertinya panen tahun ini nggak terlalu bagus. Tapi, kita positif saja, setidaknya tetap bisa 500 ribu metrik ton. Ekspor kita rata-rata 400 ribu metrik ton. Sementara konsumsi domestik sekitar 250-300 ribu metrik ton, termasuk impor," ujarnya.

Foto: Kontainer Langka, Pedagang Kesulitan Ekspor Kopi Nasional (CNBC Indonesia TV)
Kontainer Langka, Pedagang Kesulitan Ekspor Kopi Nasional (CNBC Indonesia TV)

Menurut Pranoto, konsumsi kopi nasional dalam 3-4 tahun terakhir melonjak dari 800 gram per kapita per tahun menjadi 1,6 kg per kapita per tahun. Didorong konsumen milenial.

Di sisi lain, tradingeconomics memprediksi efek domino perang Rusia-Ukraina akan menekan konsumsi kopi secara global. Hanya saja, hal itu dibantah Pranoto.

"Nggak ada perang dan nggak ada efeknya ke konsumsi kopi. Konsumsi masih akan naik, meski yang specialty coffee masih tertekan karena pandemi Covid-19. Tapi, pasar ritel (konsumsi kopi kemasan/ instan) tetap naik. Orang juga nggak mungkin langsung nggak minum. Mungkin tadinya 3 cup jadi 1 cup per hari," ujarnya.

Kendala saat ini, dia menambahkan, justru akibat lonjakan ongkos kargo.

"Ke Amerika dan Eropa itu gila-gilaan. Kesempatan dalam kesempitan. Freight untuk kontainer 20 feet itu US$20.000 dari tadinya US$2.500. Jepang masih lumayan dari US$600 ke US$1.000, sama seperti ke China. Buyer jadinya bilang tunggu-tunggu sampai freight turun tapi ternyata nggak turun-turun. Jadi, barang ketahan di gudang, modal ketahan," kata Pranoto.

"Saat pandemi pasar specialty kita di domestik anjlok 70%, tersisa 30% di tahun 2020. Masuk tahun 2021 membaik, tapi tiba-tiba harga kontainer naik kencang. Jadi, kendala saat ini adalah cuaca dan harga freight yang gila-gilaan," imbuh dia.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kalahkan Vietnam, RI Jadi Produsen Kopi Terbesar ke-4 di Dunia