Susah Ditolong, Harga Pakaian Bisa Beterbangan Gegara Perang!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
07 March 2022 12:10
Pedagang beraktivitas di salah satu gerai kain di Pasar Mayestik, Jakarta, Rabu (11/11/2020). Pasar dalam negeri kembali dibanjiri oleh produk impor baik dalam bentuk kain maupun pakaian jadi di tengah lesunya industri domestik. Sengkarut industri tekstil terkait masalah impor masih belum berkesudahan. Saat ini ada tarik-tarikan kepentingan antara pelaku usaha industri soal mekanisme impor bahan baku yang efeknya bisa berbeda dari masing-masing industri hulu dan hilir. mengutip berita CNBC Indonesia pada 10 November, Kementerian Perdagangan dikabarkan bakal merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) mengenai aturan main importasi tekstil. Hal ini tidak lepas dari dorongan industri dalam negeri yang meminta adanya perubahan regulasi dari aturan-aturan yang lama. Maklum, beberapa revisi Permendag yang mengatur impor sejak tahun 2015 dinilai selalu pro barang impor. Pantauan CNBC Indonesia salah satu pemilik toko mengatakan bahwa bahan yang ia beli Grosiran di Bandung, Tasik dan sekitarnya. Namun tidak diketahui dari Mama bahan dasar tekstil itu berasal. Kalangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) termasuk di sektor hulu seperti benang masih mengeluhkan adanya gangguan produk impor. Masih ada persoalan tak harmoninya kebijakan sehingga ada industri yang kena dampak.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pedagang beraktivitas di salah satu gerai kain di Pasar Mayestik, Jakarta, Rabu (11/11/2020). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga kapas hingga minyak dunia dunia bakal berdampak pada kenaikan harga tekstil dan pakaian jadi di pasar Indonesia. Situasi perang yang memicu lonjakan harga komoditas menjadi tekanan berat bagi industri manufaktur khususnya tekstil dan benang yang jadi bahan baku pakaian.

Kenaikan harga bakal terjadi pada beberapa jenis pakaian, utamanya yang menggunakan bahan kapas. Selain itu, pakaian dengan jenis poliester juga berpotensi mengalami hal sama. Kondisi ini makin memberatkan masyarakat yang akan menghadapi Ramadhan bulan depan.

"Ya tentu (harga pakaian naik), yang related dengan komoditinya akan naik," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto kepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/22).

Komoditi yang berkaitan yakni berbahan kapas. Saat ini harga kapas di perdagangan ICE sempat mencetak rekor 3 mingguan ke 126 sen dolar AS per pon atau US$1,26 per pon. Jika menarik mundur ke belakang, harga komoditas ini pada April 2020 tercatat US$0,51 per pon.

Lonjakan harga dipicu susutnya produksi, gangguan logistik, hingga naiknya penjualan ekspor. Meski ada indikasi penurunan konsumsi di China sejak Tahun Baru Imlek, namun India menaikkan pembelian di bulan Januari 2022. Sementara produsen Brasil dan Tanzania melaporkan penurunan panen di tahun 2022.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengungkapkan bahwa bahan baku PTA (purified terephthalic acid) serta MEG (mono ethylene glycol) yang merupakan bahan baku serat dan benang filament sebelum jadi kain tekstil, sangat bergantung pada harga minyak dunia dan gas yang 'terbang' dipicu dari perang.

"Karena akibat perang harga minyak naik, PTA-MEG juga naik. Terus gas juga jadi naik karena itu adalah bahan baku utama PTA dan MEG. PTA dari minyak bumi, MEG dari gas, jadi ada kenaikan di situ. Gara-gara PTA naik, poliester jadi naik, kan bahan baku poliester itu PTA dan MEG, jadi karena bahan baku poliester naik, harga poliester jadi naik," sebutnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gak Usah Iri sama China, Amerika Masih Terbaik di Dunia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular