Hore! Baju Lebaran Belum Naik Harga, tapi...
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga pakaian jadi diprediksi naik akibat lonjakan harga minyak dunia dan kapas. Tapi, masyarakat bisa lega sementara karena kenaikan harga kemungkinan terjadi setelah Lebaran tahun 2022.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, lonjakan harga minyak yang cukup tinggi berdampak ke harga bahan baku pakaian, polyester. Hanya saja, dia menambahkan, laju kenaikan harga pakaian tidak akan mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Dan, imbuh Jemy, kenaikan harga kemungkinan terjadi di kisaran semester-II tahun 2022.
"Harga minyak dalam 10 hari cukup tinggi. Sementara kebutuhan kapas atau raw cotton 99% impor. Tapi, kenaikan harga minyak sampai ke pakaian jadi tidak berbanding lurus dengan kenaikan harga bahan baku. Contoh, kalau harga minyak naik 10% pakaian jadinya naik 2% karena ada komponen lainnya," kata Jemmy kepada CNBC Indonesia, pekan lalu.
Akibat lonjakan harga bahan baku, ujarnya, harga pakaian jadi akan naik. Meski, tidak akan langsung.
"Biasanya ada jeda ke harga pakaian jadi. Bisa 2-4 bulan. Jadi, efeknya mungkin sesudah Lebaran karena kain/ bahan untuk Lebaran sebagian besar sudah dibeli. Lebaran awal Mei, bahan-bahannya sudah dibeli Januari/ Februari paling lambat," jelas Jemmy.
Menurut Jemmy, pembelian untuk kebutuhan Lebaran, termasuk oleh department store sudah dilakukan pada akhir tahun 2021.
Mengutip situs tradingeconomics, harga kapas dunia terus menguat sejak awal tahun 2022, bahkan sempat ke level rekor US$1,29 per pon di bulan Februari 2022. Pada perdagangan 5 Maret 2022, harga kapas terkoreksi ke US$1,20 per pon. Sementara, harga minyak dunia terpantau menguat ke US$115,68 per barel untuk jenis WTI.
Globenewswire.com melansir, harga kapas di tahun 2022 berpotensi naik sekitar 5% akibat semakin menyusutnya stok. Dipicu kenaikan laju permintaan yang tidak secepat pertumbuhan pasokan.
Lonjakan harga kapas dipicu susutnya produksi di negara pemasok utama, serta gangguan logistik akibat efek domino pandemi Covid-19.
"Sementara untuk domestik, komposisi pasar tekstil dan produk tekstil berdasarkan bahan baku adalah 70% untuk polyester, rayon/ viscose 20%, cotton (kapas) 9%, dan lainnya (nylon dan acrylics) satu persen," kata Jemmy.
(dce/dce)