Efek Perang, Harga Pangan, Sandang, dan Papan RI Beterbangan

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Senin, 07/03/2022 07:00 WIB
Foto: Penjualan Minyak Goreng (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina menimbulkan efek domino dan menambah beban terhadap lonjakan harga-harga produk di Indonesia. Harga ayam dan telur berfluktuasi akibat kenaikan harga pakan yang terus berlanjut sejak awal tahun 2022. Selain itu, perajin tahu dan tempe di dalam negeri pun menjerit akibat lonjakan harga kedelai.

Pada saat bersamaan terjadi gejolak minyak goreng di pasar domestik meski Indonesia adalah produsen CPO terbesar dunia. Pemerintah bahkan harus menetapkan harga eceran tertinggi untuk menekan harga minyak goreng. Meski, tidak menyelesaikan kendala pasokan karena hingga saat ini masih terjadi kelangkaan minyak goreng di pasar.

Sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok Kementerian Perdagangan mencatat, harga kedelai impor pada 4 Maret 2022 berada di level Rp13.400 per kg, melonjak dibandingkan awal tahun 2022 yang berkisar Rp11.000 per kg. Dan, harga minyak goreng curang naik jadi Rp16.000 per liter dan minyak goreng dalam kemasan sederhana naik jadi Rp16.500 per liter. Lebih tinggi dari HET Rp14.000 per liter.


Harga daging ayam terpantau kembali naik jadi Rp35.400 per kg dan telur ayam menanjak ke Rp24.900 per kg. Sementara referensi harga telur di tingkat peternak nasional naik jadi Rp20.803 per kg pada 4 Maret 2022 dibandingkan sehari sebelumnya yang seharga Rp19.970 per kg.

Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso mengatakan, harga telur ayam di tingkat peternak saat ini beranjak naik. Bertahap naik ke Rp19.000 per kg.

"Permintaan mulai naik jelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Karena biasanya produksi kue-kue kering sudah dimulai sekitar 1-2 bulan sebelum Lebaran, tahun ini di bulan Mei. Artinya, dari sekarang permintaan telur mulai naik. Harga mulai bergerak naik ke Rp19.000 per kg," kata Yudianto kepada CNBC Indonesia, Minggu (27/2/2022).

Analis Robobank Stephen Nicholson menyebutkan, perang Rusia-Ukraina menambah volatilitas di pasar serealia (biji-bijian) yang selama ini memang tidak bisa ditebak. Perang terjadi ketika harga sedang reli dan menambah bahan bakar ke api menyala.

"Jika dilihat lagi ke negara eksportir lain di dunia, tidak ada cukup stok di sana untuk menutupi kekosongan . Ini yang menjadi perhatian sebenarnya dan penyebab pasar gandum bereaksi begitu cepat," kata Nicholson seperti dilansir world-grain, Rabu (2/3/2022).

Dia menambahkan, Rusia dan Ukraina sebenarnya telah mengekspor banyak gandum, jagung, dan barley, sehingga artinya negara eksportir lainnya juga tidak akan menebus kebutuhan sepanjang tahun.

"Ini hanya menambah volatilitas harga yang sudah terjadi. Pembeli akan mulai memikirkan ke mana mereka berbisnis," ujarnya.

Foto: Harga Kedelai Meroket, Perajin Tahu-Tempe Juga Khawatirkan Stok (CNBC Indonesia TV)
Harga Kedelai Meroket, Perajin Tahu-Tempe Juga Khawatirkan Stok (CNBC Indonesia TV)

Tradingeconomics (dikutip 6 Maret 2022) menunjukkan, chart harga gandum dunia menguat ke 1.145 sen dolar AS per bushel (sekitar 27,2 kg). Level ini adalah rekor tertinggi sejak tahun 2008.

Masih mengutip world-grain, perang Rusia-Ukraina mendorong investor mulai mencari sumber pasokan selain dari negara yang tengah berkonflik tersebut. Padahal, Rusia-Ukraina mengekspor hampir 30% kebutuhan gandum global.

Salah satunya adalah Mesir yang dikabarkan tengah mencari sumber pasokan gandum selain dari Rusia dan Ukraina.  India dan Australia diprediksi akan disibukkan naiknya permintaan akibat perang Rusia-Ukraina.

Sementara itu, harga kedelai pada 4 Maret 2022 dikutip dari tradingeconomics (6/3/2022) sedikit melandai ke US$16,72 per bushel. Setelah cetak rekor tertinggi sejak September 2012 di level US$17 per bushel.

Menyusul gangguan pasokan sumber minyak nabati lainnya dari kawasan Laut Hitam akibat perang Ukraina-Rusia. Akibat terganggunya pasokan jagung dan minyak bunga matahari, pasar beralih ke kedelai. Sementara, panen di Argentina dan Brasil turun akibat gangguan cuaca.

Di sisi lain, China bahkan membebaskan impor gandum dari seluruh wilayah Rusia meski tengah terjadi perang. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan China di tengah lonjakan kebutuhan serealia untuk pakan dan minyak nabati. China juga menaikkan pembelian kedelai, dimana 60% kebutuhan kedelai China berasal dari impor.

Perang Ukraina-Rusia juga mendongkrak harga jagung internasional ke level tertinggi sejak Mei 2021 ke atas US$7,5 per bushel. Apalagi, Ukraina tengah menutup pelabuhannya untuk kegiatan pengiriman komersial.

Tidak hanya pangan, perang Ukraina-Rusia mendongkrak harga minyak dunia. Dan berdampak ke harga komoditas lainnya, termasuk bahan baku tekstil berupa polyester. Selain itu, harga resin plastik juga diprediksi bakal meledak hingga US$100-200 per ton.

Kenaikan harga resin atau biji plastik akan menyebabkan harga produk turunannya naik. Meski tergantung komposisi dan jenis industrinya. Dimana industri pengguna resin atau biji plastik adalah kemasan, peralatan rumah tangga termasuk elektronik dan otomotif, infrastruktur, tekstil, hygiene, hingga medis.

"Tentu saja harga bahan baku jadi naik. Jika harga minyak dunia terus naik tembus US$100 per barel, harga resin plastik bakal naik sekitar US$100-200 per ton dari saat ini berkisar US$1.300 per ton," kata Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono kepada CNBC Indonesia, Selasa (1/3/2022).

Cuaca dan perang Ukraina-Rusia juga memicu ketatnya pasokan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO). Perang menyebabkan pasokan minyak bunga matahari dari kawasan Laut Hitam terganggu akibat perang, dan memicu ketatnya pasar minyak nabati dunia.

Akibatnya, permintaan CPO dunia menguat karena pasar mencari sumber pasokan alternatif. Di sisi lain, Indonesia sebagai produsen utama CPO dunia, tengah memberlakukan kebijakan DMO 20% dan produksi Malaysia Februari 2022 diprediksi turun 1,79%.

Mengutip Tradingeconomics pada Minggu, 6 Maret 2022,menunjukkan harga CPO berjangka melandai ke level MYR 6.300 per ton setelah cetak rekor sepanjang masa di MYR7.108 per ton.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kejagung Sita Rp 11,8 T Dari Korupsi Fasilitas Ekspor CPO