Putin Serang Ukraina Usai Donald Trump Lengser, Ini Alasannya

Thea Arbar, CNBC Indonesia
Sabtu, 05/03/2022 20:00 WIB
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pertemuan Dewan Keamanan di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 21 Februari 2022. Putin telah mengumpulkan pejabat tinggi untuk mempertimbangkan mengakui kemerdekaan wilayah separatis di Ukraina timur. (AP/Alexei Nikolsky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menyerang Ukraina jika mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Presiden Trump masih menjabat. Hal ini muncul dari hasil jajak pendapat baru di Negeri Paman Sam.

Menurut laporan The Hill, survei yang dirilis oleh Harvard Center for American Political Studies (CAPS)-Harris Poll akhir Februari 2022 lalu menemukan bahwa 62% orang Amerika percaya Putin tidak akan menarik pelatuk jika Trump masih menjadi presiden.

Pandangan itu dipegang oleh 85% dari Partai Republik, tetapi juga 38% dari Demokrat. Selanjutnya 59% pemilih mengatakan Putin telah memutuskan untuk menyerang karena Putin merasakan kelemahan di pihak Presiden Joe Biden, sementara hanya 41% mengatakan pandangan itu tidak berperan dalam keputusan Putin.


Jajak pendapat online dilakukan antara 23 Februari dan 24 Februari dan mensurvei 2.026 pemilih terdaftar di AS.

Melansir New York Post, Putin meluncurkan serangan skala penuh ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Tentara penyerang telah mengalir ke negara itu sementara bom dan rudal telah menghujani ibu kota Kiev, Lviv dan kota-kota besar lainnya di seluruh negeri. Dilaporkan ada ratusan korban akibat serangan tersebut.

Foto: AP/
FILE - Russian 2S35 Koalitsiya-SV self-propelled howitzers roll toward Red Square during the Victory Day military parade in Moscow, Russia, Sunday, May 9, 2021, marking the 76th anniversary of the end of World War II in Europe. The Russian invasion of Ukraine is the largest conflict that Europe has seen since World War II, with Russia conducting a multi-pronged offensive across the country. The Russian military has pummeled wide areas in Ukraine with air strikes and has conducted massive rocket and artillery bombardment resulting in massive casualties. (AP Photo, File)

Presiden Biden dengan keras mengutuk invasi Ukraina bersama dengan sekutu NATO, yang telah menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Rusia, termasuk pipa gas Nord Stream 2 yang kontroversial dengan Jerman.

Perbankan di Rusia bahkan keluarkan dari jaringan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), platform aman yang memungkinkan komunikasi antara 11.000 bank dan lembaga keuangan di seluruh dunia.

Sebelum serangan Rusia ke Ukraina, Trump sempat kembali bersuara mengenai situasi geopolitik dunia. Ia mengatakan bahwa setelah Rusia berhasil mengambil alih Luhansk dan Donetsk dari Ukraina, kejadian selanjutnya adalah China yang mengambil alih Taiwan.


Trump sebelumnya mengatakan bahwa langkah Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah pemberontak di Ukraina timur merupakan manuver yang genius. Ia juga mengkritik Presiden Joe Biden, yang notabenenya merupakan rival politiknya pada pilpres AS 2020 lalu, dengan menyebut bahwa situasi di Ukraina tidak akan terjadi bila ia tetap menjadi Presiden.Dalam sebuah wawancara radio 22 Februari 2022, Trump memperkirakan bahwa langkah Rusia ini akan menginspirasi Presiden China Xi Jinping. Apalagi kalau bukan untuk mengambil tindakan mengenai Taiwan, sebagaimana dilaporkan Sputnik News.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Harap Bisa 'Kopdar' Dengan Putin & Zelenskyy di KTT NATO