Abaikan Harga Meroket, Biden Didesak Setop Impor Minyak Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah kelompok bipartisan Senator AS mengusulkan peraturan baru untuk melarang impor minyak dari Rusia. Sebagai pengganti, minyak disebut bisa dipasok dari Amerika Utara dan tempat-tempat lain.
Namun, Rancangan Undang-Undang itu harus disetujui oleh Senat dan Parlemen, serta ditandatangani oleh Presiden Joe Biden untuk diresmikan menjadi undang-undang terlebih dahulu. Tetapi, Gedung Putih telah mengindikasikan keengganan untuk mendukung langkah-langkah yang dapat meningkatkan harga bensin pada saat inflasi sudah tinggi.
Mengutip Reuters, Jumat (04/03/2022), RUU tentang Pelarangan Impor Energi Rusia itu dimaksudkan untuk menghukum Presiden Vladimir Putin atas serangannya ke Ukraina dan disponsori oleh 18 senator di majelis yang beranggotakan 100 orang, termasuk Joe Manchin, seorang Demokrat konservatif, dan Lisa Murkowski, seorang Republikan.
Undang-undang serupa juga telah ditawarkan oleh Senator Ed Markey, seorang Demokrat liberal.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi juga mengatakan dia mendukung rencana larangan impor energi dari Rusia tersebut.
"Saya mendukung semua itu," katanya kepada wartawan, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (04/03/2022).
"Larang minyak yang datang dari Rusia."
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang apakah Biden, seorang Demokrat, akan menandatangani RUU tersebut.
"Saya tidak percaya negara ini harus mengimpor apa pun dari Rusia," kata Jon Tester, seorang Demokrat dari daerah penghasil minyak Montana yang mendukung RUU Manchin-Murkowski.
"Ini akan mengirim pesan yang lebih besar bahwa Amerika Serikat dalam hal ini bersama dengan Ukraina untuk jangka panjang," ujarnya.
Tidak jelas apakah RUU itu akan memenangkan 60 suara di Senat yang mungkin diperlukan untuk disahkan, tetapi fakta bahwa beberapa Demokrat ikut mensponsori RUU itu meningkatkan peluangnya.
Rusia memproduksi sekitar 10% dari minyak mentah dunia dan, meskipun telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia sejak konflik di Ukraina meningkat, pemerintahan Biden sejauh ini berhati-hati untuk tidak mengambil tindakan yang dapat membawa harga minyak lebih tinggi.
"Kami tidak memiliki kepentingan strategis dalam mengurangi pasokan energi global... yang akan menaikkan harga di pompa bensin untuk rakyat Amerika," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan, Kamis, seperti dikutip dari Reuters.
Psaki mengatakan, larangan impor minyak mentah AS dari Rusia dapat lebih meningkatkan harga minyak, yang telah mencapai tertinggi selama satu dekade pada minggu ini. Harga bensin eceran juga terus meningkat di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, harga rata-rata per galon untuk bensin biasa adalah US$ 3,73 pada hari Kamis, menurut American Automobile Association.
Amerika Serikat mengimpor rata-rata lebih dari 20,4 juta barel minyak mentah dan produk olahan per bulan pada tahun 2021 dari Rusia, atau sekitar 8% dari impor bahan bakar cair AS, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA).
Pada hari Kamis, Par Pacific Holdings menjadi kilang AS pertama yang menangguhkan pembelian minyak Rusia untuk kilang yang berbasis di Hawaii. Rusia menyumbang hampir 28% dari impor minyak mentah Hawaii tahun lalu, menurut EIA.
Rusia adalah pengekspor minyak mentah terbesar kedua, mengirimkan 4 hingga 5 juta barel minyak mentah setiap hari, hanya di belakang Arab Saudi. Serangkaian sanksi yang dikenakan oleh Barat, sejauh ini masih membebaskan minyak dan gas Rusia dari sanksi, tetap mengganggu perdagangan minyak global, karena pembeli menghindari minyak Rusia dan mencari pasokan di tempat lain.
(wia)