Duh Gawat! Gegara Perang, Dunia Terancam Krisis Ekonomi Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina bukan cuma persoalan dua negara. Secara cepat, hal ini menjadi persoalan serius bagi dunia, baik soal ketidakpastian, perlambatan ekonomi hingga adanya ancaman krisis terulang lagi.
"Perang di Ukraina datang pada saat yang buruk bagi dunia karena inflasi sudah meningkat," kata David Malpass, Presiden Bank Dunia (World Bank) kepada BBC, Jumat (4/3/2022).
Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia pada 2022 sebesar 4,1%, lebih rendah dari 2021 yang mencapai 5,5%. Proyeksi tersebut diumumkan pada Januari 2022, dimana belum dimulainya serangan oleh Rusia ke Ukraina.
Malpass menyebutkan, perang yang meletus pada pekan lalu membuat lonjakan pada harga minyak dunia. Kini sudah berhasil menembus level di US$ 110 /barel.
Begitu juga dengan harga gas Eropa acuan Belanda tercatat Euro 148,5/megawatt hour di mana sepanjang tahun 2022 telah meroket 114,49%. Lonjakan lain juga terjadi pada harga batu bara di mana kenaikannya mencapai US$ 446/ton.
Hal ini akan berdampak pada inflasi banyak negara. Beberapa negara yang sudah alami lonjakan inflasi yang tinggi akan semakin tertekan.
"Ini merupakan masalah yang sangat nyata bagi orang-orang di negara miskin," jelasnya.
Perang juga menyebabkan terhambatnya pasokan barang, khususnya pangan kepada banyak negara. Maklum saja Rusia dan Ukraina merupakan pemasok bahan baku gandum sebanyak 28,9% dari total global.
Apalagi ada sanksi yang diberikan banyak negara terhadap Rusia dan menghambat jalur pasokan untuk komoditas apapun.
"Tidak ada cara untuk menyesuaikan diri dengan cukup cepat terhadap hilangnya pasokan dari Ukraina dan Rusia, sehingga menambah harga" kata Malpass
(mij/mij)