Ini Efek Runyam Bila Sanksi Pembatasan Impor Minyak Rusia

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Kamis, 03/03/2022 21:50 WIB
Foto: kotkoa / Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Akibat serangan ke Ukraina, Rusia dibebankan sejumlah sanksi, termasuk ancaman pembatasan ekspor minyak dari negara itu.

Harga minyak telah melonjak akibat adanya kekhawatiran mengenai gangguan pasokan global. Rusia menghasilkan 8% dari minyak dunia, dan membuat para pedagang mencari alternatif di pasar.

Hal ini juga menjadi perhatian khusus untuk Amerika Serikat (AS) yang menjadi konsumen terbesar minyak dunia. Lalu bagaimana dampak larangan itu untuk AS?


Berikut dampak larangan itu untuk AS, dirangkum dari Al Jazeera, Kamis (3/3/2022):

Berapa Banyak Minyak yang Diimpor AS dari Rusia?

Tahun 2021, AS mengimpor rata-rata 209 ribu barel per hari minyak mentah serta 500 ribu bph produk minyak lain dari Rusia. Informasi ini berdasarkan laporan dari asosiasi perdagangan American Fuel and Petrochemical Manufacturers (AFPM).

Jumlah itu mewakili 3% dari impor minyak mentah serta 1% dari total minyak mentah yang diproses oleh kilang AS. Sedangkan negara itu mengimpor 61% minyak mentah dari Kanada, 10% dari Meksiko, dan 5% dari Arab Saudi pada tahun yang sama.

AFPM melaporkan impor minyak mentah Rusia meningkat sejak 2019, saat AS memberlakukan sanksi terhadap industri minyak Venezuela. Penyulingan AS juga sementara meningkatkan impor tahun setelah Bada Ida mengganggu produksi minyak di Teluk Meksiko.

Bagaimana Pembatasan Ekspor Minyak Rusia Untuk AS?

Adam Pankratz, profesor di Sekolah bisnis Sauder Universitas British Columbia, menyebutkan dua skenario untuk dampak ini. Pertama adalah secara pasokan minyak tidak akan terlalu mempengaruhi AS.

"Jika benar-benar drastis, AS mempunyai cadangan minyak yang strategis," jelasnya.

Dia menambahkan ada efek yang lebih luas. Menurutnya ada kemungkinan negara lain yang menghentikan impor minyak dari Rusia. Dengan begitu membuat pasar minyak makin ketat dan harga menjadi naik.

"Meskipun tidak ada sanksi (terhadap pasar minyak), kami melihat banyak sanksi sendiri," ungkap Pankratz.

"Jadi bank dan pedagang...mereka tidak tahu persis apa yang akan terjadi dan tidak ingin ada risiko mendapatkan penyelidikan karena telah mengimpor atau berurusan dengan perusahaan Rusia saat mereka seharusnya tidak melakukannya".

Apakah Ada Dampak Politiknya?

Inflasi di AS naik ke tingkat 7,5% tahunan pada Januari, ungkap Biro Statistik Tenaga Kerja menjadi yang tercepat sejak Juli 1982. Studi dari Moody's Analytics menyebutkan ada peningkatan US$276 pada pengeluaran bulanan rata-rata rumah tangga AS.

Dengan adanya perang di Ukraina akan memperburuk situasi. Pankratz mengatakan kenaikan inflasi bisa mengakibatkan konsekuensi politik.

"Berapa harga gas? Berapa biaya untuk berlibur? Keluarga bertanya pada diri sendiri apabila mereka lebih kaya tahun ini, dan dalam hal itu, inflasi jadi masalah serius," jelasnya.

Mengutip Reuters, Rabu (02/03/2022), Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyatakan dapat memblokir minyak Rusia jika Rusia melanjutkan serangannya terhadap Ukraina.

Beberapa anggota parlemen dari kedua partai politik utama AS mendesak larangan langsung atas impor Rusia. Tetapi memotong pasokan dari Rusia dapat menyebabkan harga bensin di AS melonjak, sementara Rusia terus menjual minyak ke China atau negara lain.

Eksekutif perusahaan dan pedagang individu di pusat di New York dan Teluk AS mengatakan mereka khawatir Washington dapat melakukan langkah tambahan, dan juga mereka tidak ingin terlihat mendanai perang Rusia-Ukraina tersebut.

Para pedagang (trader) minyak di pusat perdagangan minyak terbesar di Amerika Serikat berhati-hati melakukan impor minyak dari perusahaan Rusia, bahkan menahan impor minyak dari negeri pimpinan Vladimir Putin tersebut, meskipun Gedung Putih mengatakan penjualan minyak bukanlah menjadi bagian dari sanksi kepada Rusia.


(npb/npb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Bantah Klaim AS Soal Berhasil Hancurkan Pusat Nuklir