Jangan Kaget, Ini Dampak Perang Rusia Vs Ukraina ke Singapura

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
03 March 2022 19:20
The Merlion statue in Singapore. (FILE PHOTO: Reuters/Edgar Su)
Foto: (FILE PHOTO: Reuters/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Rusia terhadap Ukraina dinilai bakal berdampak pada perekonomian Singapura, terutama dari sisi energi dan pangan. Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (3/3/2022).

Menurut dia, harga bensin dan solar akan melonjak. Begitu juga dengan harga energi listrik.

"Singapura mengimpor sebagian besar kebutuhan energi dan ada lonjakan di harga minyak global dan gas alam dari beberapa bulan lalu," kata Gan seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (3/3/2022).

Menurut dia, perang antara Rusia dan Ukraina akan mengganggu rantai pasok global. Ini karena kedua negara itu merupakan eksportir komoditas-komoditas penting macam gandum, metal, nikel, dan palladium.

Kepala Divisi Ekonomi Energi Universitas Nasional Singapura David Broodstock mengatakan, Rusia memiliki 40% gas alam yang dikonsumsi di Eropa. Selain itu, negara yang dipimpin Vladimir Putin itu juga menempati posisi ketiga eksportir minyak.

"Rusia adalah komponen penting dari rantai pasok global, menyumbang 50% dari konsumsi energi primer," kata David.

Serangan Rusia terhadap Ukraina akan memberi tekanan pada pasokan global. Baik disebabkan gangguan rantai pasok secara fisik, sanksi pengetatan, atau pembatasan perdagangan. Sehingga banyak negara harus mencari pemasok baru.

David menjelaskan, semua itu akan berimbas ke rantai pasok energi secara luas, termasuk Singapura.

"Karena minyak diubah menjadi bensin dan gas banyak digunakan dalam produksi listrik, terutama di Singapura 95% pembangkit listrik berbasis gas alam," ujar David.

Kenaikan harga minyak berarti membuat bensin atau solar jadi lebih mahal. Sementara penggunaan kendaraan konvensional masih banyak di Negeri Singa.

"Dengan logika yang sama kenaikan harga gas bumi membuat biaya produksi listrik juga semakin tinggi," jelasnya.

Tidak hanya minyak dan gas, komoditas lain juga akan akan naik harganya seperti gandum, logam, pupuk, hingga bahan baku industri lainnya.

"Rusia dan Ukraina sama-sama memproduksi hampir seperempat gandum dunia, juga eksportir barley, jagung, biji bunga matahari," kata Prof Chen Tao dari Universitas Teknologi Nanyang.

Gangguan pasokan akan mendongkrak harga komoditas logam serta barang berbahan dasar komoditas tersebut.

Asisten Profesor Keuangan di Universitas Manajemen Singapura Aurobindo Ghosh mengatakan, Ukraina pemasok biji-bijian makanan terbesar kedua setelah AS. Kondisi saat ini akan berdampak pada harga pangan.

"Harga pangan bisa mengalami pukulan tiga kali lipat dari harga bahan bakar," ujarnya.

Selain itu, Rusia dan Ukraina sama-sama menjadi eksportir seperempat gandum dunia. Secara khusus Ukraina merupakan pengekspor utama Jagung.

Ghosh menjelaskan, kenaikan harga barang dan bensin akan terasa di Singapura. Terlebih Singapura tidak memiliki lahan pertanian sehingga tidak ada cadangan pangan.

"Harga bensin akan segera terasa di SPBU serta kenaikan beberapa bahan makanan jika tidak ada tindakan yang diambil," kata Ghosh.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tegas! Barang dari Rusia Dilarang Masuk Singapura

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular