Sederet Masalah MRT Jakarta Fase 2A Bundaran HI-Kota
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua paket pekerjaan di MRT Fase 2 tak kunjung mendapat kontraktor meski tender sudah dilakukan beberapa kali hingga penunjukan langsung (direct contracting).
Dua paket itu adalah CP 202 dan CP 205 A, yakni untuk membangun stasiun Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar. Beserta jalur sepanjang 1,8 kilometer dan sistem perkeretaapian dari bundaran HI sampai Glodok.
Sebelumnya proses tender sudah dilakukan beberapa kali sejak 2020, lalu pada Juli 2021 diputuskan untuk melakukan penunjukan langsung, hasil koordinasi dari Pemerintah Jepang, Pemerintah Indonesia dan JICA.
Namun, dalam proses penunjukan langsung juga tidak berjalan dengan mulus. Karena tidak ada kesepakatan harga antara kontraktor yang ditunjuk dengan PT MRT Jakarta (Perseroda).
"Meski penunjukan langsung tidak serta-merta harus menerima. Kita estimasi yang wajar seperti apa. Setelah evaluasi tidak tercapai kesepakatan. Hingga akhirnya direct contracting distop dan gagal," kata Direktur Konstruksi PT MRT (Perseroda) Silvia Halim, dalam Forum Jurnalis, (2/3/2022).
Hingga saat ini disepakati skema penyelesaian, yang berbeda. Untuk paket pekerjaan CP 202 yakni pengerjaan konstruksi jalur dilakukan penunjukan langsung kembali. Sementara untuk paket CP 205 untuk sistem perkeretaan atau railway system akan dilakukan tender ulang.
"Kita tentu mau melakukan percepatan, karena (konstruksi) sudah on going, jadi percepatan ini perlu. Ini yang menjadi alasan pekerjaan sipil CP 202 perlu kita lakukan untuk kembali direct contracting (lagi)," kata Silvia.
Tender Kerap Gagal
Kegiatan tender mengalami kegagalan tender sebanyak dua kali. Tepatnya pada 4 November 2020 dan 6 Juli 2020. Sebelum akhirnya diputuskan untuk dilakukan penunjukan langsung.
Gagalnya tender ini disebabkan minim peminat dari kontraktor. Sehingga koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah Jepang itu meminta dorongan ke pemerintah Jepang untuk market sounding.
"Sangat sulit karena partisipasi market Jepang tidak banyak, Itu salah satu effort kita minta pemerintah Jepang untuk market sounding. Sekarang responya positif. Makanya untuk paket 205 atau railway system kita tender ulang," jelasnya.
Kendala Kontraktor Jepang Minta Mahal
MRT juga sudah menjelaskan masalah penunjukan langsung bermasalah karena dari hasil klarifikasi teknis dengan kandidat kontraktor menawarkan harga lebih tinggi dari yang ditetapkan. Padahal bulan Oktober 2021 merupakan target penandatanganan kontrak dan mulai pekerjaan konstruksi.
"September - Oktober kita melakukan negosiasi dengan kandidat, setelah negosiasi ternyata masih terdapat perbedaan harga, ini masih terjadi sehingga pada Oktober dan awal November kita mengajukan hasil negosiasi ke JICA sebagai tindak lanjut," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar, dalam Forum Jurnalis MRT, Selasa (30/11/2021).
Sebelumnya pihak pemerintah Indonesia, khususnya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sempat ke Jepang menghubungi pemerintah Jepang, untuk negosiasi proyek ini.
Risiko Tinggi Dan Mahal
Alasan proyek ini tidak banyak diminati karena berisiko tinggi. Terutama letak jalur pembangunan yang sulit. Hingga membuat harga proyek ini meningkat lebih mahal.
Silvia menjelaskan untuk pembangunan paket pekerjaan pada wilayah Gajah Mada - Hayam Wuruk dan antara Harmoni - Mangga Besar itu termasuk area sulit untuk pembangunan fase 2 ini. Dari kesulitan itu juga membuat tingkat kesulitan pengerjaan bertambah,
"Dan benar itu menjadi salah satu faktor diskusi kita direct contracting jadi lebih panjang untuk meng-size up risikonya. Akhirnya akan berpengaruh terhadap harga," katanya.
"Desain stasiunnya sendiri berbeda di kedalaman 30 meter. Dan tunneling berbeda teknisnya biasanya side by side kanan kiri, nanti bertransisi menjadi atas bawah. Kita katakan step tunnel," jelasnya.Tantangan pembangunan area itu sangat sempit, dekat bangunan lama, dekat cagar budaya, dan ada kali Ciliwung.
Dengan proses pembangunan itu membuat risiko menjadi tinggi hingga harga proyek yang lebih mahal.
Pekerjaan Proyek CP 201 & CP 203 Berjalan Lancar
Meski ada hambatan dalam proyek CP 202 dan CP 205, namun untuk pekerjaan lainnya seperti CP 201 yang menghubungkan Bundaran HI - Harmono berjalan lancar. Kegiatan tunneling sudah dilakukan untuk membuat jalur MRT bawah tanah.
Kegiatan konstruksi CP 201 itu membangun Stasiun Thamrin dan Monas serta jalur sepanjang 2,7 kilometer. Paket ini dikerjakan oleh Shimizu dan Adhi Karya Joint Venture (JV). Dengan progres fisik saat ini 34,5%.
"Kita sudah mulai tunneling di stasiun Bundaran HI ke Thamrin. Sementara kegiatan tunneling dari Thamrin ke Monas sudah berjalan April. Kita expect mid 2023 semua selesai," kata Silvia.
Selain itu untuk pembangunan CP 203 yang menghubungkan kota Glodok ke Kota juga sudah berjalan. Per 25 Februari progresnya sudah 13%.
Kegiatannya semua persiapan untuk memulai konstruksi dari stasiun Glodok - Stasiun Kota. Seperti pengalihan lalu lintas, pemindahan bus shelter, pembongkaran JPO, hingga pemindahan aset bersejarah trem, pemindahan pipa PAM.
(dce/dce)