Internasional

Ngeri, Isi Tas 'Kerja' Putin Ini Bisa Hancurkan Dunia

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 02/03/2022 07:52 WIB
Foto: Presiden Rusia, Vladimir Putin (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan militer Rusia ke Ukraina terus menaikkan tensi geopolitik dunia. Bahkan, untuk melawan tekanan global yang diterapkan atas langkah agresi Moskow ini, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan agar persenjataan nuklir milik negara itu disiagakan.

Diketahui, perintah untuk meluncurkan nuklir itu dapat dikendalikan Putin melalui sebuah tas kerja yang sering dibawanya. Tas yang dikenal dengan nama Cheget itu berisi alat semacam komputer kecil yang dapat diaktifkan dengan menggunakan kode kunci khusus yang dipersonalisasi 24 jam penuh.


Pada 2019 lalu untuk pertama kalinya tas ini diperlihatkan ke publik. Penayangan itu dilakukan oleh media resmi milik Kementerian Pertahanan Rusia, Zvezda. 

"Salah satu komponen tas kerja adalah kartu flash. Itu adalah individu, dan itu adalah salah satu kunci yang dimasukkan (ke dalam sistem)," jelas presenter media resmi itu, Alexei Yegorov.

Rusia sendiri sejauh ini memiliki 6 ribu hulu ledak nuklir di seluruh dunia. Ini menjadikannya sebagai negara pemilik hulu ledak nuklir terbesar dunia. Dalam penggunaannya, disebutkan bahwa pemegang tas Cheget sendiri tidak hanya Presiden Putin namun juga dimiliki oleh Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata.

Analis memperkirakan juga bahwa nuklir itu saat ini sudah disiagakan di baik darat, laut, maupun udara setelah Putin memerintahkannya. Diprediksi hanya butuh 10 menit saja dari Putin yang menekan tombol Cheget hingga ke peluncuran.

"Sama seperti di NATO, sebagian dari senjata nuklir Rusia berada dalam kesiapan konstan dan dapat diluncurkan dalam 10 menit," ujar ahli proliferasi nuklir di Pusat Kebijakan Keamanan Jenewa, Marc Finaud kepada Moscow Times. 

"Entah hulu ledaknya sudah terpasang di rudal, atau bomnya sudah ada di atas pesawat pengebom dan kapal selam."

Sementara itu situasi di Ukraina semakin mencekam. Rusia kembali menerjunkan konvoi pasukan yang begitu panjang untuk menembus ibukota Kyiv. Selain konvoi, misil-misil milik Rusia juga dilaporkan masih menghujani beberapa kota seperti Kharkiv.

Moskow sendiri telah memberikan syarat agar serangannya dapat dihentikan. Dalam panggilan telepon Putin dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kremlin menegaskan akan menghentikan agresinya itu bila Kyiv dalam posisi netral dan tidak memihak Barat serta pengakuan kontrol Moskow atas wilayah Krimea.


(tps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Temui Putin, Perkuat Kerja Sama Rusia-Indonesia