Internasional

Oligarki Rusia Bergerak, Miliuner Desak Putin Setop Perang

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
01 March 2022 14:00
Russia Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Seruan menghentikan perang Rusia dan Ukraina datang dari dalam negeri Presiden Vladimir Putin. Para miliarder negeri itu meminta perang segera disudahi.

Miliarder Mikhail Fridman, yang lahir di Ukraina barat, mengatakan dalam sebuah surat bahwa konflik tersebut telah mendorong perpecahan antara "dua orang Slavia Timur". Padahal Rusia dan Ukraina telah bersaudara selama berabad-abad.

"Saya lahir di Ukraina Barat dan tinggal di sana sampai saya berusia 17 tahun. Orang tua saya adalah warga negara Ukraina dan tinggal di Lviv, kota favorit saya," tulis orang terkaya ketujuh Rusia versi Forbes itu, sebagaimana dikutip dari Reuters Selasa (1/3/2022).

"Tetapi saya juga telah menghabiskan sebagian besar hidup saya sebagai warga negara Rusia, membangun dan mengembangkan bisnis. Saya yang sangat terikat dengan rakyat Ukraina dan Rusia, melihat konflik saat ini sebagai tragedi bagi mereka berdua."

Ia pun mengingatkan bahwa perang hanya akan menelan korban jiwa. Menurutnya, ini merusak dua negara.

"Meskipun solusi tampaknya sangat jauh, saya hanya dapat bergabung dengan mereka yang memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri pertumpahan darah," tegasnya lagi.

Hal sama juga dikatakan crazy rich lainnya Oleg Deripaska. Ia menggunakan unggahan di Telegram untuk menyerukan agar pembicaraan damai dimulai "secepat mungkin".

"Perdamaian sangat penting," kata pendiri raksasa aluminium Rusia Rusal itu.

Deripaska sendiri juga dikenai hukuman AS. Ia dan dua orang Rusia berpengaruh lainnya disanksi karena hubungan yang dekat dengan Putin, setelah dugaan campur tangan Moskow dalam pemilihan AS 2016, yang dibantah negara itu.

Hal lain juga dikatakan seorang miliarder Moskow ke Reuters. Ia yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan perang hanya akan membawa bencana dalam segala hal.

"Untuk ekonomi, untuk hubungan dengan seluruh dunia, untuk situasi politik," kata miliarder itu.

Ia mengatakan Kremlin sebenarnya sudah mengumpulkan para pengusaha Kamis pekan lalu. Setidaknya 36 prang hadir.

Oligarki Rusia sebenarnya memiliki pengaruh kuat. Ini terbukti saat Presiden Boris Yeltsin berkuasa tahun 1990-an.

Saat ini Rusia sendiri mengalami "kekacauan ekonomi" pasca diberondong sanksi berat oleh Barat atas invasi Rusia ke Ukraina. Sanksi tak hanya terkait individu yang terlibat dalam pemerintahan Putin, tapi juga bank, surat utang, hingga perdagangan dengan tujuan memutus Rusia dari ekonomi global.

Itu berdampak pada melemahkan nilai mata uang Rubel dan membuat bank sentral Rusia menaikkan suku bunga acuan hingga 20%. Warga pun dikabarkan beramai-ramai menarik uang.

Halaman 2>>>

Sementara itu, pemilik klub bola Inggris Chelsea, Roman Abramovich, telah diminta oleh Ukraina untuk membantu mendukung upaya "resolusi damai" dengan Rusia. Pria berusia 55 tahun itu merupakan salah satu orang terkaya Rusia dan diyakini dekat dengan Putin.

"Abramovich telah diminta oleh Ukraina untuk membantu mendukung upaya mereka mencapai resolusi damai dengan Rusia," kata juru bicara miliarder itu dikutip BBC.

"Sejak itu (ia) berusaha membantu."

Tindakan Abramovich juga dikonfirmasi sutradara dan produser film Ukraina Alexander Rodnyansky. Namun dia tidak yakin pada dampaknya.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa pihak Ukraina telah berusaha menemukan seseorang di Rusia yang bersedia membantu mereka dalam menemukan resolusi damai," kata Rodnyansky.

"Mereka terhubung dengan Roman Abramovich melalui komunitas Yahudi dan meminta bantuannya. Abramovich telah berusaha untuk memobilisasi dukungan untuk resolusi damai sejak itu," jelasnya lagi.

"Meskipun pengaruh Abramovich terbatas, dia adalah satu-satunya yang merespons dan mencobanya sendiri."

Sebelumnya Rusia menindak tegas mereka yang menentang invasi ke Ukraina. Ribuan pendemo ditangkap.

Menurut laporan dari organisasi hak asasi manusia Rusia, OVD Info setidaknya 3.000 orang telah ditahan oleh kepolisian atas protes anti perang tersebut. Demo tersebut dilaporkan di lebih dari 30 kota di Rusia.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular