Internasional

Dampak Sanksi Ekonomi ke Rusia Mulai Terasa, Ini Buktinya!

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 March 2022 07:31
Warga ikut serta dalam protes setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Ukraina, di New York City, AS, 24 Februari 2022. (REUTERS/CAITLIN OCHS) Foto: Warga ikut serta dalam protes setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Ukraina, di New York City, AS, 24 Februari 2022. (REUTERS/CAITLIN OCHS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sanksi keuangan yang dijatuhkan negara-negara- Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), hingga Jepang, Singapura- kepada Rusia mulai terasa. Hal ini dibuktikan dengan kejatuhan mata uang ruble dan juga kenaikan suku bunga yang tinggi.

Pada perdagangan Senin (28/1/2022) waktu setempat, mata uang ruble terus tergerus bila dibandingkan dengan dollar Amerika Serikat (AS). Bahkan, rubel dilaporkan ambruk hingga 30% terhadap dollar dan secara year-on-year (yoy), ditutup dengan pelemahan hingga 28% terhadap dollar.

Hal ini pun mulai membuat Bank Sentral Rusia mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan nilai rubel. Terbaru, bank sentral mengumumkan akan menggandakan lebih dari dua kali lipat suku bunga utamanya dari 9,5% menjadi 20%.

Selain itu, Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, juga akan melakukan kontrol modal untuk membatasi uang yang keluar dari negara itu. Kontrol modal sendiri dilakukan dengan menahan perusahaan asing untuk melakukan divestasi.

"Ini adalah manuver penuh yang sudah berlangsung," ujar pakar ekonomi Rusia dari Foreign Policy Research Institute, Maximilian Hess, mengatakan kepada CNBC International dikutip Senin (1/3/2022).

"Efektif jam 4 pagi ini, diumumkan pada tengah malam, bank sentral Rusia telah melakukan kontrol modal juga. Jadi itu menghentikannya agar tidak seburuk yang seharusnya."

Meski begitu, Hess menambahkan bahwa efek-efek ini akan terus-menerus menjadi semakin parah. Ia menyebut langkah-langkah yang diambil bank sentral Rusia ini tidak akan mampu menahan kejatuhan mata uang itu karena negara-negara Barat juga telah membekukan operasional bank Rusia yang menggunakan platform keuangan global, SWIFT.

"Tapi perlahan-lahan akan ditemukan cara untuk menyiasati kontrol itu. Kontrol kemungkinan akan tetap ada, tetapi yang mereka lakukan hanyalah menunda rasa sakit untuk sementara," tambahnya.

Sementara itu, efek dari sanksi keuangan ini juga dirasakan langsung oleh masyarakat Rusia. Terlihat antrean panjang sudah mulai mengular di beberapa ATM untuk melayani warga yang menginginkan uang tunai.

"Kami telah mengalami aliran uang yang signifikan dalam waktu yang sangat singkat," sebut Sberbank Europe, yang dimiliki oleh grup keuangan Rusia, Sberbank.

People stand in line to withdraw money from an ATM in Sberbank in St. Petersburg, Russia, Friday, Feb. 25, 2022. Russians flocked to banks and ATMs on Thursday and Friday shortly after Russia launched an attack on Ukraine and the West announced crippling sanctions. According to Russia's Central Bank, on Thursday alone Russians have withdrawn 111 billion rubles (about $1.3 billion) in cash. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)Foto: Orang-orang mengantre untuk menarik uang dari ATM di Sberbank di St. Petersburg, Rusia, Jumat (25/2/2022). (AP Photo/Dmitri Lovetsky)
People stand in line to withdraw money from an ATM in Sberbank in St. Petersburg, Russia, Friday, Feb. 25, 2022. Russians flocked to banks and ATMs on Thursday and Friday shortly after Russia launched an attack on Ukraine and the West announced crippling sanctions. According to Russia's Central Bank, on Thursday alone Russians have withdrawn 111 billion rubles (about $1.3 billion) in cash. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)

Sberbank sendiri telah mengalami kejatuhan nilai saham hingga 70% di bursa London. Perusahaan Rusia lainnya seperti Raksasa gas Gazprom juga mengalami anjlok hingga 37%. Di New York, saham penyedia layanan internet Yandex dan tujuh perusahaan Rusia lainnya ditangguhkan dari perdaganganNasdaq.

Negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) sendiri terus menerus menghujani sanksi terhadap Moskow setelah negara itu melakukan serangan militer ke Ukraina. Tak hanya dalam industri keuangan, Barat juga menutup wilayah udara Uni Eropa (UE) untuk pesawat-pesawat Rusia serta menyita aset-aset milik warga Rusia yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ngeri, Ekonomi Rusia Bakal Dibikin Lumpuh AS & Sekutunya


(tps/tps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading