Dampak Perang Rusia-Ukraina ke RI: Harga Mie & Roti Bisa Naik

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2022 17:45
Ilustrasi mie instan (Designed by Freepik)
Foto: Ilustrasi mie instan (Designed by Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang yang meletus di Ukraina adalah sebuah tragedi kemanusiaan. Namun perang yang melibatkan Rusia tersebut juga berpengaruh ke perekonomian dunia.

Rusia masih melancarkan agresi di Ukraina. Terbaru, pasukan Rusia dikabarkan berhasil menguasai dua kota di wilayah Tenggara Ukraina yaitu Berdyansk dan Enerhodar.

Ledakan demi ledakan pun terus terjadi di dua kota terbesar Ukraina, Kyiv dan Kharkiv. Mengutip Reuters, seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) menyebut Rusia sudah menembakkan lebih dari 350 misil ke wilayah Ukraina. Akibatnya, hampir 400.000 rakyat Ukraina, mayoritas perempuan dan anak-anak, sudah pergi ke sejumlah negara tetangga.

Dunia ramai-ramai mengecam aksi Rusia. Negara-negara Barat (plus Jepang dan Korea Selatan) mendepak Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT. Sanksi ini membuat Rusia tidak bisa mengakses pasar.

Korea Selatan menambah sanksi lain yakni melarang ekspor komoditas strategis ke Rusia, terutama semikonduktor. Larangan ekspor ke Rusia juga ditempuh oleh negara tetangga Indonesia, Singapura.

"Singapura berniat melakukan hal yang sama dengan negara-negara lain yaitu memberikan sanksi yang layak dan pembatasan terhadap Rusia," tegas Vivian Balakrishnan, Perdana Menteri Singapura, sebagaimana diwartakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Awas, Harga Gandum Meroket!

Selain krisis kemanusiaan, di mana nyawa jutaan manusia dipertaruhkan di medan perang, konflik di Ukraina juga berdampak ke aspek ekonomi. Hal yang paling terasa adalah kenaikan harga komoditas internasional.

Seiring kekhawatiran pelaku pasar terhadap risiko Perang Dunia III, aset-aset aman menjadi incaran utama. Emas tentu menjadi salah satunya.

Pada Selasa (28/2/2022) pukul 16:21 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.899,72/troy ons. Naik 0,64% dari hari sebelumnya.

Dalam sebulan terakhir, harga sang logam mulia naik lebih dari 6% secara point-to-point. Selama setahun ke balakang, harga naik tidak kurang dari 10%.

Tidak hanya emas, harga komoditas pangan pun melonjak. Salah satunya adalah gandum.

Pada pukul 16:24 WIB, harga gandum internasional berada di US$ 892,25/bushel. Melonjak 48,25% dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam sebulan terakhir, harga gandum melesat lebih dari 17%. Selama setahun ke belakang, harga meroket lebih dari 38%.

Jangan heran, karena Rusia dan Ukraina menyumbang 30% dari ekspor gandum dunia. Jadi kalau dua negara itu sedang panas, bahkan sampai terjadi perang, maka produksi dan distribusi gandum bakal seret. Belum lagi kalau Rusia dihukum sanksi larangan ekspor, pasokan gandum ke pasar dunia akan semakin sedikit. Makanya harga langsung melejit.

Halaman Selanjutnya --> Harga Mie dan Roti Bakal Naik?

Nah, di sini jadi masalah buat Indonesia. Citi mencatat sekitar 26% impor gandum Indonesia datang dari Ukraina pada 2021.

imporSumber: Citi

"Makanan pokok di Indonesia adalah nasi. Namun gandum dan kedelai juga banyak dikonsumsi karena menjadi bahan baku untuk makanan seperti mie, roti, dan tahu. Meski secara umum Rusia dan Ukraina tidak terlalu berkontribusi terhadap perdagangan internasional, tetapi Ukraina menyumbang sekitar 26% dari impor gandum Indonesia," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi, dalam risetnya.

Jadi saat harga gandum melonjak gara-gara konflik di Ukraina, maka jangan kaget kalau harga sejumlah kebutuhan pokok bakal ikut naik. Dalam beberapa waktu ke depan, mungkin harga mie, roti, dan sereal akan terkerek.

"Kami memperkirakan harga roti, sereal, dan mie instan akan naik, atau setidaknya ukurannya bakal menyusut seperti tahu dan tempe saat harga kedelai naik. Tahun lalu, Indonesia mengimpor gandum senilai US$ 946 juta dari Ukraina, porsi terbesar dari keseluruhan impor HS10 yang sebesar US$ 3 miliar," papar Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam risetnya.

Kalau ini benar-benar terjadi, maka dampaknya juga akan dirasakan oleh penduduk miskin di Tanah Air. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, mie instan adalah salah satu komoditas pangan yang banyak dikonsumsi oleh rakyat miskin.

Pada September 2021, mie instan menyumbang 2,56% dari garis kemiskinan di perkotaan sedangkan di perdesaan kontribusinya 2,29%. Sementara kontribusi roti terhadap garis kemiskinan di perkotaan adalah 1,76% dan di perdesaan 1,7%.

miskinSumber: BPS

"Oleh karena itu, dampak inflasi akibat perang tidak bisa dikesampingkan. Produk gandum dan kedelai, bersama minyak goreng, menyumbang 3-4% terhadap Indeks Harga Konsumen. Ini hampir sama dengan beras. Jadi kenaikan harga produk-produk tersebut bisa menaikkan inflasi Indonesia lebih dari 0,04 poin persentase," lanjut Helmi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular