Biden Sanksi Baru Putin, Rusia Diputus dari Ekonomi Global?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan negaranya akan kembali memberi sanksi ke Rusia. Sanksi dijanjikannya lebih luas dalam upaya memutus Moskow dari ekonomi global.
Biden menyebut hukuman baru akan menargetkan triliunan aset. Termasuk tindakan khusus terhadap elit serta bank-bank termasuk bank umum milik negara (BUMN) Rusia.
"Hari ini, saya mengizinkan sanksi tambahan yang kuat dan batasan baru tentang apa yang dapat diekspor ke Rusia," kata Biden dikutip CNBC International dalam konferensi pers Kamis sore waktu setempat.
"Ini akan membebani ekonomi Rusia dengan segera dan dari waktu ke waktu."
Ia pun mengatakan sudah berbicara dengan negara G-7. Selain AS, kelompok ini melibatkan Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris.
"Kami sepenuhnya setuju. Kami akan membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam dolar, euro, pound, dan yen untuk menjadi bagian dari ekonomi global," kata Biden lagi.
Ditegaskannya pula keluarga yang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin juga jadi target. Ini untuk menekan Moskow mengakhiri serangan militernya.
Orang-orang itu adalah mantan kepala staf Kantor Eksekutif Kepresidenan Sergei Ivanov dan putranya. Lalu Igor Sechin, sekutu terdekat Putin lainnya dan CEO Rosneft, salah satu perusahaan minyak publik terbesar di dunia, bersama sputranya.
Biden pun mengancam jika Rusia melakukan serangan siber terhadap perusahaan dan infrastruktur AS. Paman Sam, kata Biden, akan membalas dengan cara yang sama.
Departemen Keuangan merilis daftar sanksi AS yang lebih rinci, tak berapa lama dari pernyataan Biden. Departemen tersebut mengatakan bahwa pembatasannya akan secara drastis melemahkan kemampuan raksasa pemberi pinjaman Rusia Sberbank dan VTB Bank untuk beroperasi.
"Setiap hari, lembaga keuangan Rusia melakukan transaksi valuta asing senilai sekitar US$46 miliar secara global, 80% di antaranya dalam dolar AS," kata Departemen Keuangan dalam rilisnya.
"Sebagian besar transaksi itu sekarang akan terganggu."
Sebelumnya Gedung Putih memberi pernyataan pers terbaru soal sanksi ke Rusia. Negara itu akan diisolasi dari sistem keuangan global, perdagangan global, dan teknologi mutakhir.
"Sebagai akibat dari perang pilihan Putin, Rusia akan menghadapi tekanan langsung dan intens pada ekonominya dan biaya besar yakni isolasinya dari sistem keuangan global, perdagangan global, dan teknologi mutakhir," kata Gedung Putih di hari yang sama.
"Dengan langkah-langkah ketat baru ... tekanan ini akan semakin menumpuk dan mendukung."
Ini merupakan sanksi ketiga AS, tiga hari berturut-turut. Sebelumnya AS telah melarang memberi pinjaman ke Rusia bahkan menjatuhkan sanksi ke pipa Nord Stream 2 yang diinvestasikan untuk mengangkut gas alam dari Rusia ke Jerman.
Rusia, dalam catatan AS sudah mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir. Di mana nilai Rubel dan pasar sahamnya merosot tajam ke level terendah dalam empat tahun.
(sef/sef)