AZWI Luncurkan Riset Soal Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Jakarta, CNBC Indonesia - Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) menyampaikan 21 laporan resmi yang merangkum hasil riset dari organisasi anggotanya. Puluhan laporan ini berisi mengenai hasil riset tentang zero waste cities, advokasi hulu dan plastik sekali pakai, serta penolakan solusi semu atas isu pengolahan sampah.
Laporan yang dipublikasikan AZWI merupakan hasil riset yang dilakukan YPBB, Gita Pertiwi, PPLH Bali GIDKP, ICEL, Greenpeace Indonesia, Nexus3 Foundation, ECOTON dan WALHI. Co-coordinator AZWI Rahyang Nusantara berkata, peluncuran laporan dilakukan dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional yang tahun ini bertema 'Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim'.
Dia menyebut, sejak tahun 2017, Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) muncul sebagai gerakan kolektif dari lembaga-lembaga nonprofit di Indonesia yang sudah berpengalaman menyelesaikan masalah sampah dari tingkat advokasi hingga ke tapak.
"Kami bersama mengusung alam nusantara yang berkelanjutan dan sehat, melalui peradaban yang secara adil memanfaatkan sumber daya alam sehemat mungkin, hanya menggunakan material yang aman, dan tidak membuang apapun," kata Rahyang dalam konferensi pers virtual, Kamis (24/2/2022).
Menurutnya, ada 6 isu strategis yang menjadi fokus dan ciri khas definisi konsep Zero Waste by AZWI. Keenam isu ini adalah advokasi tingkat hulu atau petrokimia, plastik sekali pakai, zero waste cities, sampah impor, solusi semu, dan transisi yang berkeadilan.
Tiga strategi utama AZWI mengatasi isu-isu di atas tertuang dalam laporan yang dipublikasikan hari ini. Aliansi ini berharap kajian tersebut bisa mendorong perubahan tata kelola pengelolaan sampah di tingkat Kota/Kabupaten bagi pemerintah daerah dan LSM lokal.
"Sehingga pengembangan model zero waste cities dapat dilakukan secara bertahap. Kami juga menekankan pentingnya tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk mengembangkan model pengelolaan sampah terpilah," sambung Fictor Ferdinand, Direktur Harian YPBB.
Dia menambahkan, bahwa pihaknya juga menyusun buku Refill Store Toolkit yang berisi panduan bagi orang-orang yang tertarik untuk mengembangkan usaha refill-nya sendiri. Panduan tersebut dikembangkan dari pengalaman mengembangkan Toko Organis YPBB dan pengalaman para pengusaha-pengusaha refill di Zero Waste Business Community.
Menurut riset AZWI, hanya 9% sampah plastik yang dapat didaur ulang, 12% dibakar dan 79% berakhir begitu saja di TPA dan lingkungan. Penanganan sampah plastik tidak cukup hanya dibebankan pada hilir, melainkan harus dari tahap produksi (hulu).
Co-coordinator AZWI Nindhita Proboretno berkata, pada 2022 ini AZWI akan fokus mengampanyekan advokasi pengolahan sampah ke produsen. Dia berkata, salag satu jenis sampah yang selalu aliansi ini temukan ketika kegiatan pungut sampah adalah saset atau plastik multilayer.
"Fokus kampanye tahun ini adalah mendorong produsen untuk dapat berkomitmen secara ambisius membatasi, bahkan tidak lagi menggunakan saset sebagai kemasan produk. Selain kemasan saset tidak bisa didaur ulang secara berkelanjutan dan aman, banyak solusi lain yang bisa dipilih sebagai kemasan produk. Konsep guna ulang dan isi ulang saat ini sudah menjadi tren dunia dan sebaiknya bisa dicontoh oleh para produsen," kata Nindhita.
Berdasarkan hasil riset Greenpeace Indonesia, hampir 70% responden mengaku ingin beralih menggunakan produk reuse dan sistem reuse seperti bulkstore atau refill store. Hal ini menjadi sinyal penting untuk produsen, bahwa semakin banyak masyarakat yang telah teredukasi dan menyadari bahaya dari plastik sekali pakai.
"Apalagi dalam riset terbaru kami terkait ancaman Mikroplastik di Galon Sekali pakai, kami menemukan adanya partikel mikroplastik pada seluruh sampel galon sekali pakai sebanyak 85 juta hingga 95 juta partikel per liter," kata Afifah Rahmi, Peneliti Greenpeace Indonesia.
Selain itu, kasus sampah impor juga menambah permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia. M. Adi Septiono, Toxic Program Officer Nexus3 Foundation membeberkan, berdasarkan investigasi ekspor limbah kertas bekas dari Amerika Serikat ke pabrik kertas di Jawa Timur sejak tahun 2019 menurun signifikan. Namun sebagian besar ekspor sampah kertas tersebut sampai di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta (83%).
"Pemerintah perlu memperkuat pemantauan dan pengendalian pembuangan sampah plastik di Jabodetabek dan Jawa Timur secara teratur untuk memastikan proses daur ulang dilakukan dengan prosedur ramah lingkungan," kata Adi.
AZWI menilai penegakan regulasi menjadi hal penting dalam transformasi kebijakan pengelolaan sampah. Salah satunya, aliansi ini memandang urgensi kehadiran regulasi untuk menekan perusahaan agar berubah dan beradaptasi memandang persoalan sampah.
Aliansi ini melihat produsen harus sadar bahwa masalah sampah adalah tanggung jawab mereka juga. Kemudian, regulasi mengenai larangan penggunaan produksi plastik virgin untuk plastik sekali pakai harus hadir, dan reuse atau refill adalah norma baru.
"Kami menyusun panduan penyusunan Peraturan Pembatasan Plastik Sekali Pakai, agar dapat memberikan arahan kepada pemda terkait bagaimana cara menyusun peraturan pelarangan plastik sekali pakai yang baik," tutur Bella Nathania, Peneliti Indonesian Center for Environmental Law (ICEL).
Tak hanya itu, lanjutnya, ICEL juga merekomendasikan pada pemda untuk meninjau kembali peraturan pembatasan plastik sekali pakai yang telah diundangkan. Kemudian, akan dilakukan analisis instrumen ekonomi yang cocok untuk diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah.
[Gambas:Video CNBC]
(bul/bul)